Tak terasa game level #9 sudah di ujung waktu. Secangkir kopi menemaniku mengalirkan isi hati. Allah memang Mahadahsyat! Kenapa? Karena, DIA benar-benar selalu tepat menempatkan diriku di kelas bunda sayang batch ini.
Setelah bulan lalu, aku alirkan bagaimana menjalani liku asik di level-level sebelumnya, yang kadang, aku tak punya ide untuk berkegiatan mengasah logika matematika anak. Kemudian, Allah tunjukkan sendiri, ketiga anakku, antusias belajar angka, bentuk dan sebagainya yang terkait dengan logika matematika. Allah lah yang memberiku solusi, diriku hanya menulis apa yang sudah Allah berikan.
MasyaAllah ....
Pun, kali ini. Di level tentang berpikir kreatif, tepat Allah skenario-kan di masa liburan sekolah anak-anak. Berkegiatan sederhana, mengisi liburan mereka, mengasah kreativitas ketiganya. Pas banget!
Aku nggak sempet membayangkan, kalau saja game level ini harus aku lalui saat kondisi normal anak-anak bersekolah. Rasanya akan sulit mengatur waktu bermain-main lebih leluasa dengan mereka. Bebikinan buku gambar dari kertas bekas, memanfaatkan kardus bekas susu formula, dan sebagainya. MahaBesar Allah dengan segala kuasa-Nya.
Di akhir semua petualangan kreativitas, diriku menemukan fakta bahwa ternyata proses kreatif itu erat kaitannya dengan bagaimana cara kita bersyukur atas apa saja yang DIA amanahkan (titipkan) serta anugerahkan pada kita.
Proses kreatif menggunakan daya pikir/akal kita, sebagai wujud syukur bahwa Allah ciptakan milyaran sel otak dalam diri kita, supaya kita menggunakannya dengan bijak dan untuk tujuan baik.
Proses berpikir kreatif juga melahirkan hal-hal yang lebih bermanfaat, baik bagi diri sendiri, dan bagi orang lain. Wujud syukur atas potensi yang telah Allah berikan dalam diri kita. Potensi fitrah yang jika dikembangkan, akan menjadikan kita lebih sukse dalam hidup. Sukses dalam arti sesungguhnya.
"Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain."
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.
Salam kenal,
Hessa Kartika