CAMPING ALAKELUARGAKAMBING
Oleh: Desi Pramudiwati
Suatu
sore yang cerah, keluargakambingyaituBapak, Ibu, Kakak, danAdikmerumput di lapangan.
Sambil mengunyah, Kakakmemulai obrolan.
”Bapak, Ibu, teman-teman Kakak pada mau liburan. Ada yang
mau ke Malang, ada yang mau ke Bandung, ada juga yang mau ke Semarang.”
Ibu memandang anak sulungnya. Ia tahu, Kakakingin sekali
liburan seperti teman-temannya. Sejak liburan semester yang lalu, Kakaksudah
mengutarakan keinginannya. Tetapi, tabungan Bapak dan Ibu masih belum cukup
untuk membiayai liburan.
Ibu melirik kepada Bapak. Bapak pun menoleh ke Ibu. Lalu,
ia menjawab,
”Ya nggak papa mereka liburan. Mungkin mereka keluarga
kambing yang kaya.”
Jawaban Bapakterdengar santai. Tetapi, maksudnya tajam
dan jelas. Seketika raut muka Kakakberubah sedih. Sudah sejak lama ia
memimpikan liburan keluarga seperti yang teman-temannya lakukan di kala libur
sekolah.
Ibumerasa sangat iba melihat kekecewaan anaknya. Ia
berusaha untuk menenangkan anaknya itu dengan memberi sebuah ide.
”Hmmm... bagaimana kalau kita camping saja. Tidak usah jauh-jauh. Di pinggiran sungai Progo
sana,” kata Ibu sembari menunjuk ke arah barat, arah di mana sungai Progo
terletak.
”Wah … asyiiiiik. Pasti seru!” teriak Adik girang.
Kakak pun berubah mimik mukanya. Kali ini, ia tampak
bergembira. Namun, ia segera mengalihkan pandangan ke Bapak. Ia tahu, segala
rencana dari Ibu tak akan pernah terjadi tanpa persetujuan Bapak.
”Bagaimana Bapak?” tanya Ibu penuh harap.
Setelah menelan rumput-rumput yang dikunyahnya, Bapak
menjawab,
”Ya…boleh. Asal jangan pas hujan saja. Air sungai bisa
naik.”
”Asyiiiiiiiiik,” seru Adikdan Kakakhampir berbarengan.
Mereka lega bapaknyamengizinkan.
***
Pada hari yang sudah ditentukan, Kakak dan Adik bangun
pagi-pagi sekali. Mereka tidak ingin rencana camping ke pinggir sungai Progo berantakan hanya karena mereka
bangun kesiangan. Mereka pun segera mandi lalu menyantap rumput yang sudah
disiapkan Ibuuntuk sarapan.
Tepat pukul delapan pagi, Bapak, Ibu, Kakak, dan
Adiksudah siap. Kakak dan Adikmendapat tugas membawa bekal rumput untuk makan
siang, sebab mereka belum tahu apakah mereka bisa menemukan rumput dan dedaunan
dengan mudah di sana. Sedangkan Bapak dan Ibumenggotong beberapa potong kayu
untuk membuat kandang.
Dengan beriring-iringan, mereka melangkahkan kaki ke arah
barat. Mereka berjalan menuju tepian sungai Progo yang berjarak dua kilometer
dari rumah mereka. Meskipun harus berjalan kaki cukup jauh, Kakak dan
Adiksangat bersemangat. Bagi mereka, ini adalah pengalaman pertama yang sangat
mengasyikkan.
Sepanjang perjalanan, mereka menikmati pemandangan yang sangat
indah. Langit biru cerah, hamparan sawah berwarna hijau yang sangat luas, dan
deretan pengunungan Menoreh yang berdiri gagah. Sesekali mereka juga
bersiul-siul memanggil burung-burung yang beterbangan.
Tanpa terasa, gemericik air sungai Progo sudah mereka
dengar. Kakak dan Adiksenang sekali. Akhirnya mereka sampai di tempat yang
dituju. Mereka melempar kantong rumput bekal makan siang mereka sambil
berlari-lari mendekat ke sungai.
”Wah..airnya jernih sekali ya!” seru Kakak senang.
”Iya..Adik pengen berenang!” seru Adik tak kalah riang.
”Heeeiiii...kita harus bikin kandang dulu,” kata
Ibuberusaha menyetop keinginan dua anaknya untuk langsung terjun ke sungai.
Kedua anak kambing itu pun menurut. Mereka segera
membantu Bapak dan Ibuyang sudah mulai menegakkan beberapa potong kayu untuk
membuat kandang. Mereka membuat kandang di bawah pohon jati yang besar. Kata
Bapak, supaya mereka tidak kehujanan.
”Kakak, Adik, biar Bapak sama Ibu saja yang bikin kandang.
Kalian kumpulkan daun-daun yang agak lebar untuk atap,” perintah Bapak.
”Baik Pak,” jawab Kakak. Ia pun mulai memunguti daun-daun
jati kering yang berukuran lebar. Adik mengikuti apa yang dilakukan oleh
kakaknya.
Dalam waktu yang tidak lama, daun-daun sudah terkumpul.
Mereka menyerahkan daun-daun itu kepada Bapak, tepat di saat tiang-tiang
kandang sudah berhasil ditegakkan.
”Tinggal kita pasang atapnya saja ini,” ujar Bapak lega.
Mereka pun bekerja sama meletakkan daun-daun di bagian
atas kandang yang telah mereka buat. Pada pukul sebelas siang, mereka sudah
selesai membuat kandang untuk tempat tinggal selama camping.
”Alhamdulillah sudah selesai, ayo kita makan siang,” ucap
Ibusambil mengambil tempat duduk di dalam kandang.
”Tapi Adik belum lapar. Adik mau berenang saja,” kata
Adik yang sedari tadi sudah menahan keinginannya untuk bermain air.
”Kakak juga. Sudah pengen sekali berenang,” ujar Kakak
menimpali.
”Ya sudah. Ayo Bapak temani kalian ke sungai. Ibu
istirahat saja di sini,” kata Bapak.
Bapak, Kakak, dan Adikpun menuju ke sungai. Raut wajah
Kakak menampakkan ekspresi gembira yang tak terkira. Ia berenang-renang di
bagian tengah sungai sembari menyiba-nyibak air sungai yang jernih dan segar.
Sementara itu, Adik yang belum terlalu mahir berenang
memilih untuk berada di pinggir saja. Ia berenang-renang sebisanya. Sesekali ia
berusaha menghindari semprotan air dari kakaknya. Lalu, mereka semua tertawa
terbahak-bahak. Sungguh bahagia suasana hati mereka.
Tak terasa sudah lebih dari dua jam berlalu. Ibuberanjak
dari kandang dan mendekat ke sungai.
”Ayo sudah berenangnya. Sudah lama kalian bermain air,”
teriaknya.
Bapak pun mengajak kedua anaknya untuk menyudahi
renangnya. Meskipun sebenarnya enggan, kedua anak kambing itu mengikuti
perintah Bapaknya. Mereka naik ke tepian sungai dan mengeringkan badan mereka
sambil menyantap makan siang rumput.
Setelah cukup kenyang, Bapak, Ibu, Kakak dan
Adikmemutuskan untuk beristirahat. Mereka tidur siang dengan sangat nyenyak.
Mereka sangat lelah setelah berjalan, membuat kandang, dan berenang.
Hari sudah sangat sore ketika Ibu terbangun, diikuti oleh
Bapak, Kakakdan terakhir Adik. Langit sudah menunjukkan semburat jingga.
”Wah sebentar lagi sudah gelap,” ujar Bapak.
”Iya. Kita harus segera mencari dedaunan untuk makan
malam,” kata Ibu.
”Kita cari dedaunan dekat sini saja. Tidak usah
jauh-jauh,” lanjut Bapak lagi.
Mereka pun bergerak, mengumpulkan dedaunan di sekitar
kandang yang sekiranya bisa dimakan. Ada daun jati muda, daun pohon munggur,
daun bunga sepatu dan sedikit rumput ilalang berhasil mereka kumpulkan.
Setelah itu, Bapak mengajak Kakak dan Adik untuk membuat
api unggun.
”Ayo siapa yang mau bantu Bapak bikin api unggun?” tanya
Bapak sambil mengumpulkan ranting-ranting pohon jati.
”Wah, api unggun itu apa Pak?” tanya Adik.
”Api unggun itu kayu-kayu yang disusun berbentuk segitiga
lalu dibakar,” ujar Kakak antusias sembari ikut mengumpulkan ranting-ranting.
Setelah ranting-ranting terkumpul, Bapak dan Kakak
menyusun ranting-ranting itu menjadi berbentuk seperti piramid. Lalu,
Bapakmenyalakan korek dan membakar ranting-ranting itu. Jadilah api unggun yang
sangat indah. Bapak, Ibu, Kakak, dan Adikduduk mengelilingi api unggun itu.
Tubuh mereka terasa hangat, begitu juga dengan hati mereka.
”Ayo kita menyanyi,” ajak Kakak.
”Wah..ide bagus. Menyanyi apa ya baiknya?” sambut Ibu
dengan antusias.
”Libur telah tiba!” sahut Kakak.
Bapak, Ibu, Kakak, dan Adik pun menyanyikan lagu libur
telah tiba dengan hati yang gembira.
Malam itu mereka habiskan dengan bercerita, bercanda dan bernyanyi bersama
sembari menikmati hangatnya api unggun. Tak lupa, pada kesempatan itu
Kakakmengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah mewujudkan
keinginannya untuk liburan bersama. Meskipun sederhana, meskipun tidak ke luar
kota, liburan kali sungguh bermakna baginya.
Liburtelahtiba
liburtelahtiba
Hore,Hore,Hore
Simpanlah tas dan bukumu
Lupakan keluh kesahmu
Libur telah tiba,
libur telah tiba
Hatiku gembira!
Setiap selesai bercerita, selalu aku ajak mereka untuk memahami pesan moral apa yang bisa dipetik dari cerita tersebut. Seperti cerita kali ini, tentang camping keluarga kambing, anak-anak menjadi paham bahwa liburan tidak harus mahal. Kegiatan sederhana yang dilakukan bersama-sama
dengan keluarga bisa menjadi alternatif untuk mengisi liburan.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.
Salam kenal,
Hessa Kartika