Game Level kali ini membahas tentang "Logika Matematika". Jujurly, sesaat aku tertegun (mikir serius, wkwkwkkw). Maklum, sudah lama aku tidak terlalu mengintimidasi anak-anak dengan berbagai rumus! Setelah bertobat (ceileeeh), dan berikrar oada diri sendiri bahwa jika anak-anak memang tidak memiliki potensi di bidang Matematika, aku memang mengendorkan ikatan mereka dengan mata pelajaran ini, meskipun tetap lah ya, enggak 100% aku lepas. Karena aku sadar, Matematika ini banyak sekali aplikasinya dalam keseharian kita.
Dan yap!! Sore ini pun, kami terlibat dalam "dialog Matematika" (akhirnya bisa nggarap tantangan, wkwkwwkwk ....)
"Bund, boleh minta uang?" tanya Shahia dengan manis.
Memang sudah menjadi "jatah"-nya, kalau sore sesudah selesai mengerjakan "tugas rumahan" dia akan meminta "upeti" berupa uang jajan.
"Mau jajan apa sih, Nak? Adek diajak ya ... yang akur ... Adek digandeng ke warung, jajannya juga yang ......." Belum selesai kalimatku, si bungsu sudah menyerbu.
"Yang halal!" celetuk bungsuku lucu.
"Bukan cuma yang halal, tapi enggak boleh beli permen karet juga lo Dek!" Shahia dengan berlagak pahlawan ikut menjawab. "Iya kan Bun? Janji deh enggak beli permen! Ayo Lul, kamu juga janji!" Shahia mengajukan kelingkingnya ke hadapanku sambil nyengir.
Sambil menahan tawa supaya terlihat tetap serius, aku pun menyodorkan kelikingku, menautkannya dengan kelingking Shahia, kemudian bergantian dengan kelingking Lula. Mereka pun semakin berbinar.
"Coba, Bunda mau tau dulu. Rencananya nih, Kak Shahia sama Lula mau jajan apa?" tanyaku tetap menyelidik sebelum benar-benar memberinya sejumlah uang.
"Mau beli es krim aja, Bun. Boleh?" Shahia menjawab dengan cepat, diikuti adiknya dengan wajah menggemaskan mulai maju beberapa senti ke arahku, dia sudah siap-siap merayuku dengan ciuman mautnya!!
"Hmm... tunggu dulu, harga es krim-nya berapa Nak?"
"2.000 ada Bun, yang 3.000 juga ada."
"Oke, bawa 2.000-nya 3 lembar ya Nak."
"Yang ini kan ya, Bun. 2.000 itu 0-nya ada 3. Kalau yang ini itu 20.000, karena 0-nya ada 4." Shahia mulai memilah uang yang ada di dompetku.
Mengajar anak soal uang bisa dibilang gampang-gampang susah. Gampang karena pasti lambat-laun mereka kenal mata uang. Namun, bakal sulit karena enggak gampang bikin anak bisa mengelolanya dengan bijak.
Meski terlihat sulit, sebenarnya mengajar anak soal uang enggak harus dengan cara formal. Sebagai bunda, aku merasa kudu bisa mengajarkan dengan cara benar-benar halus tanpa terkesan mendikte.
Awalnya memang belum ada gambaran sama sekali, namun tantangan game level ini memicuku untuk berkreasi. Dari obrolan sore dengan Shahia dan Lula, diriku pun mendapatkan inspirasi, beberapa cara untuk aku jadikan sebagai langkah-langkah mengenalkan anak-anak dengan uang.
1. Memperkenalkan mata uang
Langkah pertama yang harus aku lakukan tentu aja memperkenalkan mata uang pada anak. Aku memulai dari nominal terkecil sampai dengan nominal terbesar.
Aku ajarkan Shahia dan Lula membedakan angka pada mata uang, gambar, dan nomor seri serta beberapa tanda tersembunyi. Membantu mereka untuk mengenali uang asli sehingga bisa membedakan dengan uang palsu.
2. Mulai memberikan uang saku
Setelahnya aku pun membiarkan Shahia memegang sendiri uang yang sudah dia kenal. Aku mulai mengajarkannya kenal uang dari nominal terkecil. Aku biarkan dia memegang uang tersebut sehari, namun aku tetap mencari tahu apa yang dia lakukan terhadap uang tersebut.
Sebelumnya, aku ajarkan mengenai penggunaan uang. Misalnya aja, dia bisa menggunakan uang tersebut bila ada yang dia butuhkan.
Perlahan-lahan, aku mulai ajarkan Shahia buat menabung sebagian dari uang yang dia pakai. Biar dia makin semangat, aku pun hadiahkan celengan berbentuk lucu.
3. Ajak anak berbelanja
Mengajak anak-anak berbelanja enggak salah, kok. Justru di sanalah aku berpikir bisa mencontohkan pada mereka gimana caranya menggunakan uang yang dimiliki.
Enggak harus belanja ke supermarket, aku memulai ajarkan aktivitas belanja ke warung terdekat. Contohnya, ya jajan es krim di atas tadi.
Sebelum berangkat, aku selalu tanyakan apa yang ingin dia beli. Tentu aja ada aturan mengenai apa yang diizinkan buat dibeli dan yang enggak. Aku biasanya melepas mereka untuk memilih bahkan membayar barang yang dia inginkan dengan uang jatah jajannya tersebut.
Dengan mengajak anak berbelanja, anak mulai dikenalkan dengan proses jual-beli. Enggak cuma itu, anak juga belajar buat membelanjakan uangnya dengan barang yang udah direncanakan sebelumnya.
4. Mulai ajarkan menabung
Seiring berjalannya waktu, anak pun bisa diajarkan untuk belajar menabung lebih serius. Enggak cuma menggunakan celengan, anak bisa dikenalkan pada tabungan bank.
Cara ini memang sudah aku lakukan sejak beberapa bulan yang lalu. Aksan, Shahia dan Lula memiliki tabungan khusus dalam bentuk rekening bank. Mereka punya uang jajan tetap yang aku sodorkan tiap pekan untuk Shahia dan bulanan untuk Aksan.
Dari uang jajan tersebut, aku membantu mereka untuk menyisihkan sebagiannya buat ditabungkan ke bank.
Biar enggak terlalu berat, awalnya aku ajak mereka punya goal tertentu. Misalnya, saat pengin beli barang tertentu, sepeda contohnya. Nah, mereka harus menabung terlebih dahulu buat beli barang tersebut.
5. Mengajarkan anak soal uang melalui permainan
Nah, ini dia yang enggak boleh terlupakan. Mengajarkan anak soal uang enggak selalu dilakukan dengan praktik langsung. Aku pun terkadang mengajak Shahia dan Lula bermain, misalnya bermain jual-jualan.
Salah satu permainan yang mengajarkan anak konsep uang dan mengelolanya adalah monopoli. Percaya deh anak bakal lebih mudah belajar mengelola uang dengan cara santai.
Atau bisa juga dengan main jual-jualan. Konsep pengurangan dan penjumlahan secara tidak langsung juga akan terbentuk di sini. Aku biasanya akan berpura-pura menjadi pembeli, sedangkan Lula atau Shahia sebagai penjual. Mereka akan menentukan harga, dan aku memberinya uang mainan sebagai bentuk transaksi.
Betapa serunya bermain mengenalkan konsep mata uang pada anak, sekaligus menerapkan unsur logika Matematika lainnya. Penjumlahan, pengurangan, dan nilai desimal (mengenalkan berapa jumlah 0 pada bilangan nominal uang).
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.
Salam kenal,
Hessa Kartika