Untuk itu, penting sekali untuk mengajarkan dengan tepat agar anak kita mempunyai bekal yang baik ketika bertumbuh.
Selain mengajarkan mengenai pengetahuan, kecerdasan akademis, dan juga sopan santun, kita juga perlu mengenalkan mengenai konsep uang dan menabung pada anak sejak dini.
Ada banyak manfaat baik yang bisa didapatkan jika mulai mengenalkan anak menabung. Salah satunya adalah sikap mandiri, tidak tergantung pada orang lain, tanggung jawab dan belajar memenuhi kebutuhannya sendiri di kemudian hari.
Memberi pemahaman pada anak mengenai menabung juga membuat anak lebih mudah menyadari kerja keras yang dilakukan oleh orangtua untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, anak akan makin menghargai orangtuanya dan juga meningkatkan keterikatan antara orangtua dan buah hati.
Sejalan dengan tulisanku sebelumnya, pada tahapan menabung untuk dunia dan akherat ini aku mulai dengan tahap mengenalkan konsep uang pada anak-anakku.
#1 Mengenalkan Konsep Uang
Sebelum mengajarkan anak menabung, aku mengenalkan terlebih dahulu konsep uang pada anak. Aku mengajarkan dari hal yang sederhana terlebih dahulu. Aku menjelaskan kepada anak-anakku bahwa uang adalah alat transaksi jual beli. Uang digunakan ketika melakukan pembayaran. Kemudian, aku juga mengenalkan kepada mereka bahwa nilai setiap uang itu berbeda-beda setiap lembar atau koinnya sehingga anak dapat membedakan nilai dari uang.
#2 Mengenalkan Tujuan Menabung
Agar anak-anakku bersemangat dan berdisiplin dalam menabung, maka aku merasa mekera harus memahami arti penting dan tujuan dari menabung. Aku pun berusaha memberikan pemahaman bahwa menabung merupakan cara untuk dapat mencapai tujuan yaitu membeli suatu barang tertentu.
Jika mereka menginginkan suatu barang, aku mengajak mereka menghitung berapa kira-kira mereka harus menabung agar bisa mendapatkan barang tersebut. Mungkin akan sulit bagi beberapa anak untuk menunggu sebelum membeli sesuatu yang mereka inginkan, tapi ini adalah pelajaran yang penting untuk dipelajari. Aku selalu mengajarkan pada anak-anakku bahwa setiap memperoleh uang saku, mereka harus bisa menyisihkan sebagian ke dalam celengan miliknya. Dengan begitu mereka pasti sering menabung.
Bila uang yang terkumpul sudah cukup, maka aku memberitahukan pada anak-anak bahwa mereka dapat menggunakan uang tersebut untuk membeli barang yang diidamkan. Dengan demikian, anak-anak akan merasa bahwa menabung memang bermanfaat.
#3 Hadiahkan Celengan
Untuk mengasah jika menabung anak-anak, aku juga sering menghadiahkannya sebuah celengan dengan bentuk, warna dan gambar yang menarik. Aku bahkan membiarkan anak-anak untuk memilih celengan yang mereka suka. Kemudian, jika aku memiliki sisa uang koin, aku biasanya memberikan kepada mereka dan memintanya untuk menaruh uang tersebut ke dalam celengan. Jika ada anggota keluarga atau kerabat yang memberikannya uang, aku pun segera minta mereka untuk menabungnya. Lama kelamaan, anak-anak menjadi terbiasa untuk menabung.
#4 Menabung di Bank
Saat ini sudah banyak bank yang memberikan fasilitas untuk tabungan anak-anak, dengan bentuk buku bank yang menarik, kartu ATM yang menarik, bahkan terkadang diberikan hadiah alat tulis. Biasanya tabungan anak-anak memiliki jumlah minimum deposit dan tidak ada biaya bank jika rekening tersebut berada di bawah saldo tertentu. Kebanyakan anak-anak saat ini sangat paham mengenai bank, mereka dapat melihat saldo mereka sehingga dapat mendorong mereka untuk dapat menyimpan uang dan membuat pilihan belanja yang bijak.
Hal ini aku gunakan untuk mengajarkan kepada anak-anak bahwa bank adalah tempat yang aman untuk menyimpan uangnya, tentunya dengan meniadakan riba. Aku memilih bank berlabel syariah sehingga aku juga bisa menjelaskan konsep riba secara sederhana. Intinya niatnya hanya untuk menyimpan uang, bukan untuk mendapatkan keuntungan tambahan (riba).
#5 Bantu Buat Anggaran Mini
Jika anak-anakku benar-benar menginginkan mainan tertentu, aku pun tidak langsung membelikannya. Aku mengajari mereka untuk membuat anggaran mini untuk pembelian mainan yang hendak ia beli. Seperti berapa banyak yang telah ia simpan, berapa besar biaya yang harus dikeluarkan, berapa banyak uang yang dia harapkan untuk dapatkan setiap minggunya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menabung. Di tahap ini lah sekaligus mengajarkan time frame untuk anak-anak. Dengan ini aku pun melatih mereka untuk bijak menggunakan uang.
Sebaiknya sih anggaran dibuat secara tertulis agar bisa membantu dan memotivasi anak-anak. Misalnya yang aku lakukan, aku menuliskan saldo setiap minggu di kalendernya, dan aku letakkan lingkaran warna-warni yang besar sekitar tanggal kapan mereka seharusnya memiliki cukup uang untuk membeli mainan tersebut.
#6 Saving, Spending, Sharing
Aku terinspirasi dari sebuah artikel, kemudian mempraktikannya. Aku memberikan anak-anakku 3 celengan atau botol kaleng yang dilabeli dengan tulisan Saving, Spending dan Sharing. Setiap kali mereka mendapatkan uang, aku meminta mereka membagi uangnya ke dalam 3 celengan tersebut dengan nilai yang sama.
Jika suatu saat mereka ingin membeli permen, stiker, atau hal kecil lainnya, ia dapat mengambil uang dari celengan “Spending”. Lalu jika ia ingin membantu temannya atau memberikan uang untuk rumah ibadah, aku menyuruhnya mengambil uang dari celengan “Sharing”. Sedangkan celengan “Saving” dapat ia gunakan untuk barang-barang yang lebih mahal dan membutuhkan banyak waktu untuk mengumpulkan uang untuk membelinya.
Cara ini cukup efektif Melalui cara ini pula, anak-anakku dapat belajar mengenai cara membagi uang dan menentukan prioritas.
#7 Jadilah Role Model
Agar anak belajar menabung dengan baik, kita juga harus dapat menjadi role model yang baik untuk dirinya. Salah satunya, kita bisa menunjukkan kegiatan menghemat, misalnya saat belanja, aku lebih memilih barang yang lebih murah. Aku menjelaskan kepadanya mengapa lebih memilih barang tersebut.
#8 Latih Anak “Bekerja”
Aku melatih anak untuk mengenal proses bekerja dan mendapatkan uang yang harus ia lakukan saat dewasa nanti. Misalnya untuk Lula yang berusia hampir 4 tahun, aku selalu meminta untuk menaruh piring makanan di dapur. Untuk kedua kakaknya yang sudah lebih besar, aku meminta mereka berbagi tugas dalam urusan rumah. Misalnya menyapu, mengepel, melipat cucian, dan sebagainya.
Aku memberikan “gaji” kepada anak-anak per minggu atau kadang per bulan. Tidak banyak sih, yang penting mereka dapat belajar bahwa untuk mendapatkan uang, ia tentu harus bekerja, tidak bisa diam saja. Kemudian, aku meminta mereka untuk menyimpan uang yang telah dihasilkan.
***
Menabung dapat membantu anak-anak untuk “menyingkirkan” beberapa keinginan mereka. Banyak anak, misalnya jatuh cinta dengan mainan tertentu dan memutuskan harus mendapatkannya. Seiring dengan waktu, bagaimanapun, mereka mungkin memutuskan bahwa mainan sama sekali tidak penting.
Menunggu untuk melakukan pembelian adalah cara terbaik untuk menghindari pembelian impulsif dan merupakan alat yang efektif untuk membantu anak menentukan apa yang sebenarnya mereka inginkan dan apa yang mereka dapat lakukan.
Mengajarkan anak mengenai berbagai hal tentang menabung tentu bukan pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Kita perlu menemukan waktu yang tepat untuk memulai hal ini sejak dini, termasuk dengan menggunakan dan menunjukkan berbagai contoh nyata dan sederhana kepada anak. Yang terpenting adalah melakukan kegiatan ini dengan cara menyenangkan agar anak paham dan bisa dengan mudah mengerti apa saja yang ingin kita sampaikan kepada mereka.
***
Kenalkan Konsep Tabungan Akherat
Setelah anak-anak terbiasa dengan pola "menabung", maka konsep tabungan akherat mulai aku tanamkan juga. Aku mulai dengan hadist Rosul.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”
(HR. Muslim no. 1631)
Aku membangun mindset anak-anakku tentang kebiasaan menabung. Apakah mereka termasuk orang yang terbiasa menabung? Seberapa besar tabungan kalian? Tahukah kalian, bahwa HARTA kalian bisa menjadi KEBAIKAN bagi kalian DI AKHIRAT?
Ya, Sedekah Jariyah akan menjadi sebuah hal yang BAIK bagi kalian!
Bagaimana tidak? Walaupun seseorang kelak sudah tiada, namun amal solehnya dalam sedekah jariyah akan terus mengalir. Misalnya jika anda membangun sebuah Masjid, maka selama Masjid tersebut berdiri dan digunakan oleh Kaum Muslimin untuk Ibadah, maka kalian akan PANEN PAHALA !
Begitulah kira-kira yang aku tanamkan pada ketiga anakku. Lalu aku pun membacakan sebuah kisah tentang keutamaan sedekah (tabungan akherat).
*****
Suatu ketika, Baginda Nabi Muhammad saw. menghampiri lemari Bilal bin Rabbah ra. yang di dalamnya disimpan harta sedekah. Saat dilihat, di lemari tersebut terdapat seonggok kurma. Beliau bertanya, “Kurma apa ini, Bilal?”
“Ya Rasulullah, itu adalah kurma yang saya simpan sebagai persediaan untuk engkau,” jawab Bilal.
“Apakah engkau merasa aman sampai pagi, sementara di lemari itu terdapat asap neraka Jahanam? Cepat, infakkan segera kurma itu! Janganlah engkau khawatir, Zat Pemilik ‘Arsy akan memenuhi kekurangan dan kebutuhan,” tegas Baginda Nabi saw. (HR Ibn Syihab).
Wajar saja jika kemudian, saat Bilal ditanya oleh Abdullah bin Luhay al-Huzni, berapa belanja Rasulullah saw., Bilal menjawab, “Beliau tidak memiliki apa pun. Akulah yang mengurusi beliau sejak diutus hingga beliau wafat. Jika beliau melihat seorang Muslim yang tidak memiliki pakaian yang layak, maka beliau menyuruh aku mencari pinjaman, lalu membelikan untuk dia pakaian, kemudian memakaikan pakaian itu kepada dia, sekaligus memberi dia makan.” (HR Ibn Hibban).
Dalam riwayat lain, Uqbah ra. bertutur: Aku pernah shalat ashar di belakang Baginda Nabi saw. di Madinah. Setelah mengucapkan salam, tiba-tiba beliau segera berdiri, kemudian berjalan cepat melewati pundak orang-orang untuk memasuki salah satu bilik istri beliau. Orang-orang pun menyingkir karena begitu terburu-burunya beliau. Lalu beliau segera keluar dan kembali ke hadapan mereka yang sedang terheran-heran. Beliau lalu bersabda, “Aku tadi teringat akan emas, sementara aku tidak suka menyimpannya. Karena itu, aku memerintahkan agar emas itu segera dibagi-bagikan.” (HR al-Bukhari).
Ummu Salamah ra. juga pernah bertutur, “Baginda Nabi saw. pernah memasuki tempat tinggalku dengan rona wajah yang muram. Karena khawatir beliau sakit, aku bertanya, ‘Ya Rasulullah, mengapa wajahmu tampak muram?’ Beliau menjawab, ‘Gara-gara tujuh dinar (sekitar Rp 14 juta) yang kemarin kita terima, sementara hingga sore hari, uang itu belum juga diinfakkan.’” (HR Ahmad dan Abu Ya’la).
Saat menyertai Baginda Nabi saw. hijrah ke Madinah, Abu Bakar ra. membawa seluruh hartanya sebanyak lima atau enam ribu dirham (setara Rp 420 juta) untuk diinfakkan di jalan Allah SWT (HR Ibn Ishaq).
Utsman ra. pernah menginfakkan hartanya sebanyak 1000 dinar (setara Rp 2 miliar) saat Baginda Nabi saw. sedang mempersiapkan pasukan (HR al-Hakim; Al-Bidayah, II/179).
Abdurrahman bin Auf ra. pernah menginfakkan separuh hartanya; itu belum termasuk tambahan sebanyak 40 ribu dinar (setara Rp 80 milar), 500 ekor unta dan 500 ekor kuda (HR Ibn al-Mubarak; Al-Ishabah, II/416).
Hakim bin Hizam ra. pernah menjual tanahnya seharga 200 ribu dirham (setara Rp 14 miliar), yang semuanya diinfakkan di jalan Allah SWT (HR ath-Thabrani).
Demikianlah, mereka baru sejumlah kecil dari para Sahabat Nabi saw. yang mulia dalam menginfakkan harta-harta mereka. Sangat jarang diriwayatkan, bahwa mereka rajin menabung dan menumpuk-numpuk harta. Tentu, karena mereka adalah pengikut sejati Baginda Rasulullah saw. yang telah memberikan teladan bagaimana seharusnya memperlakukan harta.
*****
Selain menanamkan kebiasaan menabung untuk menumbuhkan sifat sederhana dan hemat (zuhud), aku juga tetap menanamkan prioritas bahwa ‘menabung’ untuk kepentingan akhirat, itulah sejatinya yang lebih layak kita lakukan. Aku pun mulai dengan memberi mereka contoh secara langsung dengan cara membiasakan diri dengan memperbanyak infak di jalan Allah SWT. Itulah sejatinya ‘tabungan’ kita yang hakiki dan abadi, yang pasti akan kita jumpai kembali di akhirat nanti.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.
Salam kenal,
Hessa Kartika