" Siapa yang hendak dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi."(H.R. Bukhari Muslim)
Aku baru-baru ini terkesima membaca sebuah artikel guratan Hendro Prasetyo di internet yang menyingkap hikmah dari sebuah kebiasaan silaturrahmi. Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa antara tahun 1965–1974 ada dua orang ahli epidemi penyakit yang melakukan riset pada gaya hidup dan kesehatan penduduk Alameda County, California yang berjumlah 4.725 orang.
Hasil menarik dari riset itu adalah bahwa mereka menemukan bahwa angka kematian tiga kali lebih tinggi pada orang yang eksklusif (tertutup) dibandingkan orang-orang yang rajin bersilaturrahmi dan menjalin hubungan.
Pada artikel tersebut juga disampaikan bahwa ada sebuah riset yang pernah dilakukan pada penduduk Seattle di tahun 1997. Riset tersebut menyimpulkan bahwa biaya kesehatan lebih rendah didapati pada keluarga yang suka bersilaturrahmi dengan orang lain, dan konon keluarga yang seperti ini jauh lebih sehat dibandingkan keluarga-keluarga lain.
MacArthur Foundation di AS mengeluarkan kesimpulan sejalan yang menyatakan bahwa manusia lanjut usia (manula) bisa bertahan hidup lebih lama itu karena disebabkan mereka kerap bersilaturrahmi dengan keluarga dan kerabat serta rajin hadir dalam pertemuan-pertemuan.
Subhanallah …, begitu dahsyatnya manfaat silaturrahmi yang diajarkan oleh Rasulullah Saw hingga ilmu pengetahuan modern telah membuktikan kebenaran bahwa ia dapat memperpanjang umur!
Lalu bagaimana silaturrahmi bisa menambahkan rezeki?!
Rezeki bisa mudah dicari selagi kita punya hubungan baik dengan sesama. Karena suka berbuat baik terhadap orang lain, maka mereka pun akan berbuat baik kepada kita. Inilah yang seterusnya akan berkembang menjadi trust, kepercayaan, amanah. Bagaimana seseorang akan mempercayakan hartanya kepada kita untuk diurus dan dikelola, kalau kita tidak mempunyai hubungan baik kepadanya?
Seorang sosiolog Harvard bernama Mark Granovetter melakukan riset pada cara bagaimana orang mendapatkan pekerjaan. Riset ini dilakukan pada tahun 1970-an. Ia menemukan bahwa mayoritas orang mendapat pekerjaan berdasarkan koneksi pribadi. Karena koneksi atau hubungan silaturrahmi itulah seseorang mendapatkan pekerjaan.
Terinspirasi dari artikel di atas, diriku pun mulai mengajak anak-anak berdiskusi tentang silaturahmi, dan langsung mempraktekkannya.
"Ada acara nih di rumah temen Bunda, yuk ikut semua, silaturahmi." Aku antusias mengajak ketiga krucilku.
"Kakak agak males, Bun. Kakak di rumah aja ya." Aksan menjawab dengan nada malas.
Aku tahu banget sih, anak sulungku ini memang tipe yang lebih suka di rumah. Tapi, aku sedang ada misi menyampaikan hikmah silaturahmi. Dan itu gak akan bermakna jika dia tidak ikut serta.
"Harus ikut semua, menyambung silaturahmi, melaksanakan sunnah Rosul. Silaturahmi itu ibadah, selain itu juga memiliki manfaat membuka pintu rezeki dan memperpanjang usia." Aku menjawab dengan tegas.
Dengan gontai, Aksan pun menurutiku. Dia pun bergegas berganti pakaian.
Acara gathering di rumah sahabat lamaku berlangsung hangat. Shahia dengan mudah beradaptasi dan berbaur dengan anak-anak temanku yang sepantar bahkan berbeda usia dengannya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan memang terhadap Shahia. Dia memang adaptable sehingga mudah bergaul, dan selalu nampak asik di mana saja.
Aksan yang awalnya nampak bete, lama kelamaan juga bisa mengikuti ritme. Rupanya, dia juga mendapat teman baru yang sepantar dengannya. Sedangkan Lula, tetap nempel di tubuh emaknya.
Dari silaturahmi ini, aku mendapatkan sebuah peluang. Salah seorang temanku ingin anaknya di test bakat dengan tools GMP (Genetic Mapping Program). Satu pintu rezeki terbuka. Teman lain juga mulai tertarik dengan kelas privat buku solo. Dua pintu rezeki terbuka sekaligus.
Aksan yang duduk tidak jauh denganku, meskipun dia juga asik bermain game di gadget dengan teman barunya, tapi aku yakin bahwa dia mendengar semua obrolan kami.
Dalam perjalanan pulang, aku membahas hasil silaturahmi kami hari itu.
"Gimana? Apa manfaat silaturahmi menurut Kakak?"
Dia hanya terdiam.
"Coba kalau Allah tidak gerakkan kita ke acara tadi, dua pintu rezeki untuk kita tidak jadi terbuka! Kakak denger kan, tadi Bunda dapat kerjaan. Temen Bunda mau ngetesin anaknya GMP, bisa jadi gak cuma 1 anak, tapi 3 anak! Lalu temen Bunda lainnya, minta Bunda privatin nulis buku. Janji Allah gak pernah ingkar bukan? Bener banget kan kalau silaturahmi itu membuka pintu rezeki?"
"Iya ya, Bun. Kakak jadi paham." Akhirnya mulutnya bersuara.
Anak-anak memang harus merasakan sendiri sensasi manfaat silaturahmi. Alhamdulillah ...
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.
Salam kenal,
Hessa Kartika