Tuesday, December 3, 2019

#4 : Belanja Bijak

Salah satu cara untuk menentukan apakah sebuah pengeluaran alias belanja termasuk bijak atau tidak adalah mempunyai alasan yang jelas untuk membeli barang tersebut adalah cara standar.


Nah, cara standar sekaligus yang lebih spesifik itu yang kemudian aku sebut dengan 4 Kunci Utama Belanja Bijak. 




 
Selembar kertas kosong, kubuat 4 garis lurus dari atas ke bawah sehingga membentuk 4 kolom. Nah, di atas setiap kolom tulis “Wajib”, “Penting”, “Senang Kalau Punya” dan “Buang-buang duit.” Nah setelah itu, setiap aku akan belanja, aku tulis belanjaan di bawah masing-masing kolom tersebut.

Anak-anak pun aku minta untuk mengelompokkan semua yang akan dibeli ke dalam 4 kolom ini. 

Kategori pertama adalah yang Wajib dimiliki.
Di sini adalah uang-uang yang aku belanjakan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, tempat tinggal dan pakaian.



Sementara itu kategori kedua adalah Penting untuk dimiliki. Nah biasanya yang masuk di dalam kategori ini adalah hal-hal yang bisa meningkatkan kualitas hidup sehari-hari, seperti service kendaraan, membeli buku dan lain-lain.




Ketegori ketiga adalah “Senang Kalau Punya” adalah pengeluaran yang sebenarnya bisa ditunda, tapi menyenangkan kalau kami bisa belanja / atau memiliki. Contoh untuk kategori ini misalnya makan di luar bersama, atau nonton bioskop di akhir pekan, atau jalan-jalan ke mall dan sebagainya.



Nah, lalu bagaimana dengan kategori terakhir alias buang-buang duit? Sebenarnya mengukurnya sangat mudah. Ketika barang yang ingin kami beli tidak menambah nilai atau keuntungan riil dalam kehidupan dalam hal positif, maka bisa dipastikan hal itu hanya buang-buang saja. Sebagai contoh, menambah koleksi mainan atau membeli gadget baru bukanlah hal yang penting dan hanya buang-buang duit. 



Karena 4 kolom tersebut bersifat pribadi, maka setiap grup akan berisikan daftar yang berbeda dari satu orang dengan orang lain. Semua akan sangat tergantung dari banyak hal seperti misalnya penghasilan, jumlah tanggungan keluarga, kebutuhan dan lain sebagainya.



Apa yang menjadi “Senang Kalau Punya” di satu orang bisa jadi menjadi “Penting” di orang lain. Jadi tidak ada aturan baku di sini. Yang paling penting adalah harus jujur pada diri sendiri.



Kalau belanja barang-barang yang masuk kategori “Buang-buang uang” tapi tetap dimasukan ke daftar “Penting,” sebenarnya memang menghamburkan uang dan menipu diri sendiri.




Nah, dengan melakukan hal ini, aku merasa lebih mudah bisa mengurangi pengeluaran  sampai dengan 20%. Ketika aku mulai mengurangi barang-barang yang “Senang Kalau Punya” bahkan menghilangkan barang-barang “Buang-buang Uang”, tentunya secara tidak langsung sudah menurunkan pengeluaran.



"Belanjanya seperti biasa ya, Bun?" tanya sulungku, Aksan.

Dia sudah memegang pensil dan secarik kertas kecil, bersiap menuliskan nama beberapa barang yang akan kami beli. 

Aksan sudah lincah dan nyaris menghafal semua barang yang harus kami beli. Membuat daftar belanja membuat anak-anak terbiasa "belanja bijak". 

Aku selalu mengingatkan mereka, sesampainya di supermarket untuk menaruh barang-barang di keranjang belanja sesuai dengan apa yang tertulis dalam daftar.


Tidak terkecoh dengan pop up diskon yang bertengger di sepanjang koridor supermarket, adalah sebuah prinsip dasar. Kecuali memang yang sedang didiskon adalah barang-barang yang tercantum dalam list belanja. Sekali lagi, menerapkan prinsip kebutuhan di atas keinginan adalah hal yang selalu aku usahakan agar dimengerti juga oleh anak-anakku.





No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.


Salam kenal,


Hessa Kartika