Setelah di level sebelumnya belajar banyak tentang mengelola keuangan, anak-anak pun sudah memiliki "celengan" dengan nama mereka sendiri. Shahia dan Lula masih digabung dalam wadah yang sama sementara ini, karena memang Lula masih belum terlalu paham tentang mengatur keuangan, sehingga kami sepakat, celengan Lula gabung dulu dengan Shahia.
Uang dari hasil celengan akan dibuka setiap satu bulan sekali, kesepakatan kami demikian. Lalu akan ditabung di salah satu rekening yang masih menggunakan namaku, akan tetapi rekening di bank tersebut sepenuhnya adalah uang anak-anak, gabungan tabungan Kak Aksan, Shahia dan Lula. Karena mereka menggunakan satu rekening bank, yang masih atas namaku, maka, harus ada pencatatan khusus berapa uang tabungan Kak Aksan, berapa punya Shahia dan berapa milik Lula.
Masih terinspirasi oleh kegiatan kemarin, anak-anak membuat buku gambar sendiri dengan memanfaatkan kertas bekas dan binder bekas. Kali ini, mereka membuat buku tabungan dengan menggunakan kertas bekas juga. Dengan binder agenda yang berukuran lebih kecil dari binder untuk buku gambar kemarin.
Karena sudah ada pengalaman sebelumnya, maka bukan hal sulit bagi mereka membuat buku mungil ini. Dan dalam waktu singkat, binder kecil sudah terisi kertas-kertas di dalamnya.
Aku pun mulai memberikan contoh cara mengisi buku tersebut. Kubuat beberapa kolom. Kutulis judul kolom, mulai dari tanggal, uang masuk, uang keluar, saldo. Aksan dan Shahia dengan khusyuk mendengarkan penjelasanku.
"Jadi, nanti cara ngisinya gini ya ... Kalau celengannya udah dibuka, uangnya kan dihitung, ada berapa. Nah, tulis jumlahnya di kolom uang masuk. Saldo itu artinya jumlah uang yang terkini, up to date istilah kerennya. Misalnya, sekarang kan uang Shahia 80.000, nah berarti di kolom saldo ditulis berapa?"
"Ya 80.000 juga dong, Bun." Aksan menjawab dengan cepat.
"Yess! Betul anak solih. Shahia udah paham?"
"Iya, Bun, agak ngerti."
"Nah, sekarang misalnya diambil 30.000 karena mau beli permen."
"Iiih, Bunda ... beli permen kok sampe 30.000," Shahia protes. Kami pun tergelak.
"Kalau uangnya diambil 30.000 berarti nulisnya gimana hayoo?" Aku kembali mengajak mereka fokus ke cara menulis buku tabungan buatan sendiri itu.
"Ditulis 30.000 di kolom uang keluar," Aksan kembali menjawab.
"Betul lagi. Lalu di kolom saldo ditulisin juga gak?"
"Ditulisin apa Bun?" tanya Shahia bingung. Aksan pun nampak belum paham dengan pertanyaanku.
"Saldo tadi apa sih?" Aku mengulang lagi.
"Saldo itu jumlah uang terkini, kata Bunda tadi gitu." Shahia kini yang menjawab.
"Yess, pinter anak soliha. Berarti jumlah uangnya yang tadinya 80.000, diambil 30.000, udah ditulis di kolom uang keluar, uangnya sekarang jadi berapa? Apakah tetap 80.000?"
"Jadi 50.000, Bun." Aksan mulai memahami, dia menggangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Nah, alhamdulillah sudah paham cara ngisi buku tabungannya. Oke, besok kalau celengan dibuka dan uang mau dititipkan Bunda ditabungin di bank, Kak Aksan dan Shahia setelah uang dihitung, lalu buku tabungannya diisi sesuai dengan jumlah uangnya, lalu di kolom saldo juga jangan lupa ditulis jumlah uang terkini-nya ya."
"Oke, Bunda!"
Alhamdulillah, kali ini mereka enggak cuma bebikinan buku tabungan dari kertas bekas. Tapi mereka juga belajar cara menulis di buku tabungan dan mulai memahami beberapa istilah dalam bidang keuangan. Kreatif Finansial bukan?
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.
Salam kenal,
Hessa Kartika