Mendidik anak untuk mandiri, buatku bukan sekadar bertujuan agar dia mampu mengerjakan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Akan tetapi lebih pada tujuan sebagai laki-laki, Aksan juga meneladani dan mengkuti jejak Rosulullah. Salah satunya adalah mendidik Aksan agar terbiasa melakukan beberapa pekerjaan rumah. Sehingga kelak ketika dia dewasa, menjadi suami, Aksan telah siap siaga membantu istrinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah.
Pandangan umum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia saat ini, menyapu, mencuci, mengepel dan berbagai pekerjaan rumah lainnya adalah tugas istri, sedangkan suami hanyalah bekerja mencari nafkah materiil. Hal inilah yang kemudian menimbulkan para lelaki enggan turun tangan mengerjakan pekerjaan domestik tersebut.
Padahal dalam beberapa riwayat dikisahkan bahwa Rosulullah melakukan pekerjaan rumah tangga.
Dikutip dari bincangsyariah, hal ini tercantum dalam hadis riwayat Tirmidzi.
" Tidaklah beliau itu seperti manusia pada umumnya, beliau menjahit bajunya, memerah kambing dan melayani dirinya sendiri."
Rasulullah memperlakukan para istrinya setara. Selain itu, Rasulullah juga mementingkan bagaimana hubungan pria dan wanita dalam rumah tangga adalah saling membantu.
Hal ini diperkuat dengan hadis riwayat Bukhari.
" Dari Al Aswad, ia bertanya pada Aisyah, 'Apa yang Nabi lakukanlakukan berada di tengah keluarganya?' Aisyah menjawab, 'Rasulullah SAW biasa membantu pekerjaan keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu sholat, beliau berdiri dan segera menuju sholat'."
Meneladani kisah tersebut, aku menjadi semakin bersemangat untuk mendidik anak lelakiku untuk meneladani Rasulullah.
Berbekal tujuan membumikan sunnah, aku juga belajar secara psikologis, di usia Aksan saat ini, materi apa yang sekiranya sesuai dengan masa tumbuh kembangnya.
Mengutip ulasan pakar perkembangan anak dari Today.com Dr. Deborah Gilboa, ada beberapa tahapan agar anak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangganya sendiri.
Aksan yang saat ini berusia 11 tahun, mendidik kemandirian dengan cara manfaatkan kemampuan anak untuk menangani pekerjaan dengan tahapan.
Menurut Gilboa, tahap ini membutuhkan waktu untuk belajar tetapi bagus untuk mengasah kemampuan perencanaan dan pemecahan masalah mereka.
Semakin mantap, diriku menyusun rencana sepekan ini, mengasah kemandirian Aksan dalam mengerjakan pekerjaan domestik.
Dan, yang terpenting adalah kontinuitas serta konsistensi dalam mengasah kebiasaan tersebut. Maka, aku susun jadwal harian untuk Aksan, mencakup waktu sholat, belajar, bersantai, serta pekerjaan domestik apa saja yang harus dia kerjakan.
Alhamdulillah, dengan membekali dia motivasi bahwa Rosulullah juga melakukan hal demikian, sehingga apa yang dia lakukan adalah menjalankan sunnah Rosul. Bukan semata-mata membantu bundanya, namun juga dalam rangka meneladani Baginda Nabi, Aksan pun menjadi lebih bersemangat.
"Ada berlipat-lipat pahala loh, Kak." Aku menjelaskan padanya.
"Kok bisa? Beneran, Bun?"
"Iya dong, pahala karena membantu Bunda. Dan juga pahala meneladani kebiasaan Rosulullah."
Dan dia pun tersenyum bahagia.
"Semangat ya, Kak!"
"Oke, Bun!"
MasyaAllah nikmat manalagi yang bisa aku dustakan, jika mengajarkan anak kemandirian juga bisa sejalan dengan mengajarkan anak untuk meneladani Rasulullah?
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.
Salam kenal,
Hessa Kartika