Komunikasi Produktid mungkin bukan hal baru. Secara teori, komunikasi produktif sudah lama aku pelajari, bahkan juga diaplikasikan dalam dunia kerja.
Aku pernah bekerja di ranah publik, masuk di divisi HR yang memang erat terkait dengan hal-hal yang berkutat dengan hubungan antar personal maupun inter personal.
Dalam kehidupan pribadi, menjadi ibu tunggal juga menuntutku untuk belajar lebih banyak hal terkait komunikasi produktif dengan ketiga buah hatiku. Bahkan dari berbagai sumber baik literatur maupun sumber pengalaman dari banyak orang.
Secara teori, memang betul bahwa komunikasi produktif bukan hal baru buatku. Akan tetapi, belajar bersama di kelas Bunda Sayang tetap memberikan kesan yang berbeda. Di kelas ini, level #1 : Komunikasi Produktif, tidak hanya belajar teori, namun kami harus membuktikan aplikasinya dalam keseharian. Dan kemudian menceritakan penerapan komunikasi produktif tersebut dalam sebuah narasi.
Menantang? Tentu saja!
Karena tak jarang, aku yang memang sudah membiasakan diri menggunakan komunikasi produktif pada ketiga krucilsku tetap saja kewalahan. Terkadang (meski sudah sangat jarang, mencuat tanduk dari kepalaku, pertanda percik-percik emosi membuncah). Dan saat itu benar-benar menguji "bagaiamana diriku bisa menerapkan teori komunikasi produktif tersebut".
Tak hanya itu, tantangan berikutnya tentunya juga terkait dengan "setoran" yang acapkali aku lupa submit. Sudah kelar nulis pengalaman hari itu, tapi lupa submit link setoran, alhasil diriku masuk kategori "late" atau terhitung "rapel".
Memalukan?
Bagiku tidak. Karena point terpenting buatku bukan lagi "reward" dari manusia, akan tetapi lebih fokus pada reward dari Allah saja. Bukan berarti tidak mengapresiasi teman-teman yang mendapatkan penghargaan atas kekonsistenannya mereport tantangan tiap hari tanpa rapel, aktif dan sebagainya, bukan itu juga pointnya.
Aku lebih menerapkan pada diri sendiri, bahwa penilaian Allah lebih penting. Bukan seberapa banyak tantangan yang aku tulis dan setorkan, akan tetapi aku lebih menggali pada diri sendiri, seberapa berkualitaskah komunikasiku dengan ketiga amanah Allah tesebut. Dan seberapa banyak aku menerapkan teori komunikasi produktif dalam keseharianku membersamai mereka.
Kelas Bunda Sayang Jateng #5 ternyata bukan kelas biasa. Bertabur artes-artes yang menerima award atas prestasi dan pencapaian mereka... Luar biasa...
Cemburu?
Tidak sama sekali! Justru aku merasa sangat bersyukur berada dalam kelas tersebut. Letupan semangat serta cipratan antusias untuk saling mendukung membuatku berkali-kali bersyukur atas izin Allah, diriku menjadi bagian dari mereka. Meskipun tidak penerima penobatan apapun, tapi aku tetap fokus pada niat Lillahku. Biarlah Allah nantinya yang mmeberiku award... wkwkwkwkwk...
1 bulan yang tak terasa sebenarnya telah berlalu, next naik ke level #2, semoga Allah senantiasa memudahkan dan melancarkan urusanku. Aamiin Allahumma Aaamiin...
#aliranRasaBunsayLevel1
#AliranRasaKomunikasiProduktif
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Saturday, April 20, 2019
BUKAN KELAS BIASA
by
Hessa Kartika
on
April 20, 2019
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.
Salam kenal,
Hessa Kartika