"SILATURAHMI : Lapangkan Rezeki, Luaskan Relasi"
Tekadang dalam keseharian kita terlalu menyibukkan diri pada dunia. Begitu pun dengan pendidikan yang diberikan kepada anak. Tidak sedikit orang tua yang menuntut anaknya untuk cerdas dan berprestasi di sekolah atau di bidang bidang kompetisi lainnya. Namun lupa dengan bagaimana anak dididik agamanya. Sudah tentu dalam perkembangannya, anak harus memiliki kecerdasan yang seimbang. Dan yang harus tertanam sejak kecil dan diarahkan, terutama pada hal-hal yang terkait dengan keyakinan. Yaitu, bagaimana anak dapat memiliki kecerdasan spiritual.
Pada dasarnya setiap anak yang baru saja lahir, telah memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Dalam Islam, sebelum terjadinya penciptaan di dunia atau dengan kata lain sebelum roh ditiupkan pada jasad, terlebih dahulu roh yang masih suci melakukan perjanjian dengan Sang Pencipta. Hal ini tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Hadid: 8.
Akan tetapi, di era millenial sekarang ini kondisi mental serta akhlak anak merosot. Terbukti dengan banyaknya kasus tentang kenakalan anak dan remaja meliputi narkoba, kekerasan dalam pergaulan, bullying, bolos sekolah, bahkan menghina dan tidak mematuhi serta menghormati orang tua. Krisis ini terjadi karena kurang kuatnya penanaman nilai-nilai spiritual dalam diri anak sejak ia masih berusia dini (0-6 tahun).
Penanaman kecerdasan spiritual sangat berperan penting, karena dengan penanaman kecerdasan spiritual akan membentuk karakter manusia ke depannya. Dengan spiritual pula manusia dapat menemukan makna kehidupannya. Penanaman kecerdasan spiritual dapat dilakukan pada anak usia dini. Penanaman kecerdasan ini, bisa dilakukan melalui pendidikan pengembangan kecerdasan spiritual dalam berbagai hubungan. Pendidikan ini mendidik anak dalam berhubungan dengan Sang Pencipta (Tuhan), orang lain dan dengan alam (Siswanto, 2010).
Menurut Farihah, 2015, kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan jiwa. Ia dapat membantu manusia menyembuhkan dan membangun dirinya secara utuh. Kecerdasan spiritual ini berada di bagian diri yang paling dalam, berhubungan langsung dengan kearifan dan kesadaran yang dengannya manusia tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tapi manusia secara kreatif menemukan nilai-nilai yang baru.
Para orang tua tak boleh melupakan stimulasi berdimensi spiritual pada anak. Stimulasi bermuatan spiritual ini sebaiknya dilakukan sedini mungkin, tepatnya ketika anak dianggap mampu menangkap penjelasan-penjelasan kita sebagai orang tua. Tentu saja stimulasi itu perlu dilakukan bertahap, dengan bahasa sesederhana mungkin, dalam suasana interaksi menyenangkan, dan disesuaikan tahap pemahaman anak.
Salah satu kegiatan sederhana dan menyenangkan terkait dengan menstimulasi kecerdasan spiritual adalah mengenalkan makna serta manfaat silaturahmi, sesuai dengan hadist Rosulullah SAW.
Lebaran adalah moment yang tepat untuk mengingatkan mereka pada makna dan manfaat silaturahmi. Saat kami mulai diskusi tentang manfaat silaturahmi, selain mempererat persaudaraan juga melapangkan rezeki, mereka bertiga langsung cerah. Teringat akan beberapa amplop yang mereka terima sejak hari pertama Idul Fitri hingga beberapa hari lalu karena masih hilir mudik berkunjung silaturahmi ke beberapa sanak saudara.
Si sulung, Aksan, langsung memberikan komentar, "Allah Mahaluarbiasa ya Bun. Beneran loh silaturahmi itu memperbanyak rezeki ya Bun. Kakak dapet banyak amplop."
Aku tertawa geli. "Nak, silaturahmi memang dijanjikan melapangkan rezeki, bahkan memperpanjang usia. Akan tetapi, rezeki itu gak hanya uang dalam amplop! Kakak sehat, Kakak bisa tambah teman dan saudara, Kakak diberi kemudahan dalam menghafal ayat-ayat Quran, itu juga rezeki, Nak."
"Iya, Bun. Kakak ngerti," jawabnya masih dengan senyum lebar tersunggig di bibirnya.
Alhamdulillah, satu alasan syukur hari ini. Allah mudahkan anak-anakku memahami makna serta manfaat silaturahmi. Mereka bahkan secara langsung menikmati apa yang Allah janjikan dalam sebuah hadist Nabi, bahwa silaturahmi memperluas rezeki. Bukan hanya kebetulan, karena hari raya lebaran. Akan tetapi anak-anak mulai memahami bahwa rezeki bukan hanya materiil berupa uang, akan tetapi juga bisa saja sebuah peluang. Peluang untuk menambah saudara, peluang dari Allah berupa kesehatan yang harus lebih banyak disyukuri, peluang berupa kemudahan dalam menuntut ilmu dan sebagainya.
Sumber Referensi:
Farihah, I. (2015). Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Az-Zahra Majenang Cilacap. Skripsi, 4.
Siswanto, W. (2010). Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak, cet 2.Jakarta : Amza. Jakarta : Amza.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.
Salam kenal,
Hessa Kartika