Tuesday, June 25, 2019

Doa Indah, Doa di depan Ka'bah

June 25, 2019 0 Comments





"Bun, fotoin Shahia."

"Di mana?"

"Di situ looooo." Dia menunjuk sebuah wallpaper bergambar Ka'bah.

"Emangnya kenapa kok di situ?" Aku berusaha menyelidik.

"Kan kata bu Guru, kalau berdoa di depan Ka'bah itu, Allah lebih cepet kabulkan loh Bun."

"Tapi kan itu bukan Ka'bah beneran, Nak."

"Ya gapapa, makanya Shahia mau berdoa, biar Shahia bisa ke Ka'bah beneran lah."


Ya Rabb .... kabulkan doa anak hamba ...
Memang benar, salah satu tempat mustajab saat berdoa adalah di Ka'bah. 

Rasullah SAW pernah membawa Aisyah ra ke Hijir Ismail saat Aisyah meminta izin salat di dalam Ka'bah. Saat itu, Rasullah SAW bersabda, “Salatlah di sini kalau ingin salat di dalam Ka'bah, karena ini termasuk bagian dari Ka'bah”.

Karena itu tidak dibenarkan seseorang berthawaf dalam area Hijir Ismail, karena Hijir Ismail merupakan bagian dari Ka'bah. Saat haji dan umrah, jemaah harus antre masuk ke dalam Hijir Ismail yang tidak terlalu luas. Usai salat sunah mutlak, mereka biasanya memuaskan diri berdoa di sekitarnya.

Monday, June 24, 2019

Membangun Kembali Kejayaan Islam dari Rumah

June 24, 2019 0 Comments



"Barakallah ya Nak, bukunya sudah mau dicetak loh ... MasyaALLAH Kakak keren!"


"Ohya Bun? Beneran?"

Aku menganggukkan kepala. Aksan nampak berbinar karenanya. Alhamdulillah ... berdesir hatiku ...

"Nak, masih inget gak, kenapa kita harus membaca dan menulis?" tanyaku di sela-sela kegembiraannya.

"Masih dong Bun! Bunda pernah bilang dulu, kalau membaca dan menulis itu adalah perintahnya Allah." 

"Wah, Kakak keren, masih inget aja apa yang pernah Bunda katakan. Kalau inget surat Al Alaq, jadi inget perintah Allah tentang membaca dan menulis kan ya, Nak."

"Iya, Bun."

***

"Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (Al-Alaq QS 96 ayat 1-5


***


"Ayat inilah yang pertama kali turun, didengarkan manusia agung, Rasulullah Muhammad SAW. Turunnya wahyu ini sekaligus mengesahkan pelantikan beliau sebagai Nabi. Dari ayat ini pula, peradaban Islam menyebar ke seluruh penjuru bumi. Lalu apa sih Nak yang menjadi keistimewaan ayat ini, hingga memberikan dampak besar bagi peradaban dunia?"

"Membaca (iqra`) merupakan proses awal pembelajaran dan pintu ilmu pengetahuan. Pepatah Arab menyebut, “Ta'allam, falaisa al-mar`u yuuladu 'aaliman” (Belajarlah, sebab tidak seorang pun lahir berilmu). Siapa yang banyak membaca, wawasan keilmuannya akan meluas, mendalam, dan bijaksana."

Aksan nampak khusyuk sambil beberapa kali mengganggukkan kepalanya. 

"Jika kita membaca sejarah kejayaan serta puncak keemasan, maka hal yang tidak boleh dan tidak bisa ditinggalkan adalah, adanya peran perpustakaan, serta banyaknya ilmuwan muslim yang suka menulis. Saat kejayaan umat Islam, hampir di penjuru kerajaan dan pusat pemerintahan hingga ke masjid-masjid, semua berlomba-lomba membangun perpustakaan, serta menggerakan umatnya untuk suka membaca dan menulis. Saat itu, pusat ilmu pengetahuan tak hanya disandang Baghdad saja, melainkan hampir semua dinasti-dinasti Islam lainnya berlomba-lomba membangun perpustakaan guna menjadi yang terbaik."

Literasi bagiku adalah bagian dari proyek menstimulai kecerdasan spiritual.

Filsuf Prancis, Roger Garaudy (wafat 2012), dalam bukunya 'Promesses de l'Islam' menyebut keunikan dalam peradaban Islam. keunikan tersebut terletak pada kemampuannya untuk meyerap kebudayaan lainnya kemudian disempurnakan dan akhirnya menghasilkan ragam pengetahuan. Inilah yang seharusnya menjadi dasar bagi kita untuk menyerap kebudayaan yang sudah ada. Untuk kemudian kita telaah lagi, guna memberikan manfaat bagi semesta alam. Inilah konsep rahmatan lil alamin yang sebenarnya.

Karena itulah, penting bagi umat Islam saat ini untuk kembali mengedepankan kekuatan literasi untuk kembali meraih kejayaan yang meredup. Konsistensi mempelajari Alquran dan Hadist merupakan kuncinya. Tabir keilmuan yang dahulu terbuka luas, harus kembali digali lagi. Teknologi yang sudah berkembang saat ini bisa dimanfaatkan untuk mengejar ketertinggalan. Karena Islam memandang penting kedudukan literasi dalam perjuangan di jalan Allah.


Mengenal Allah dengan Mensyukuri Ciptaan-Nya

June 24, 2019 0 Comments


Bukan sekadar "renang". Bukan pula sekadar menjalankan sunah, salah satu cabang olahraga yang disunahkan Nabi. Akan tetapi, juga bisa menjadi sebuah pelajaran berharga agar anak-anak semakin mencintai Allah. Mengagumi semesta, menambah rasa cinta pada Sang Pencipta.

"Bun, asik banget ya renang di sini." Shahia mulai memberi komentar, saat dia mulai "nyemplung" ke kolam yang tidak terlalu dalam.



Hari itu, anak-anak mendapat rezeki tak terduga yang kemudian membawa ketiga krucilku menikmati nuansa kolam renang tertinggi di Indonesia.

Sky Pool Star Hotel Semarang merupakan kolam renang yang mendapatkan rekor Muri sebagai kolam renang terbuka di atas hotel tertinggi di Indonesia.

Berada di lantai 30 Star Hotel, kolam renang ini berada pada ketinggian 99 meter, terbuka dan dengan view kota yang seakan tanpa batas, karena gedung ini juga merupakan gedung tertinggi tak hanya di Kota Semarang, tetapi juga di Provinsi Jawa Tengah. Dengan model infinity ala Marina Bay Sands Singapura. Hotel ini diresmikan pada 12 Desember 2012.

Panorama yang begitu indah terlihat dari kolam di mana mereka mulai berenang, tentunya menjadi materi tersendiri bagiku dalam project menstimulai kecerdasan spiritual.

"Bagus ya Nak langitnya, masyaAllah ....""Iya, Bun. Keren banget ya dari sini, langitnya keliahatan makin indah." Si sulung, Aksan sepakat denganku.

"Itu langit ciptaan Allah. Allah Mahakeren ya Nak."Sambil menanamkan ke anak-anak bahwa ciptaan yang keren tersebut, tentunya Sang Penciptanya pun Mahakeren.
“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. ”[QS Fatir: 27]

Makna ayat tersebut, gunung jika kita melihat dari kejauhan warnanya biru, namun kompilasi didekati akan berwarna hitam, hijau. Dan kompilasi kita kembali, yg ukuran 1/10 mm, bahkan yg ukurannya mikrometer, juga punya beraneka ragam warna.

Keindahan merupakan sebuah anugerah yang diberikan Allah SWT kepada setiap umatnya. Banyak sekali manusia yang memiliki sebuah keindahan, baik keindahan yang sifatnya haqiqi maupun sababi. Dalam sebuah kehidupan tidak ada ketenangan tidak akan ada pula keindahan. Ketenangan yang di hasilkan oleh orang mukmin akan menambah suatu keimanan. Allah SWT berfirman: 

“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Fath [48]: 4).

Alhamdulillah, hari ini anak-anakku belajar bahwa Allah SWT menciptakan bumi, langit dan seisinya adalah untuk mengindahkan manusia serta mengharuskan manusia untuk menjaga dan melestarikannya. Dengan begitu kita harus menjaga titipan segala isi alam ini, demi terciptanya keindahan yang Allah berikan.Rasulullah bersabda, “sesungguhnya Allah maha indah, dan mencintai keindahan. Dengan demikian, jika makhluk mencintai sebuah keindahan, maka dia akan dicintai pula oleh Allah SWT."

Sunday, June 23, 2019

Syukur Tanpa Batas

June 23, 2019 0 Comments
"Bunda, Shahia kangen ..." Suara gadis kecilku terdengar tersedu saat aku menelponnya.

Ya, aku sedang menjalankan tugas di kota lain. Shahia nampaknya benar-benar rindu pada emaknya hingga menangis, bahkan dia enggak nafsu makan.

Ya Rabb .... hatiku gerimis. Akan tetapi, aku harus selalu membangkitkan kecerdasan spiritualnya dalam kondisi apapun.

"Nak, Bunda kan sedang kerja. Bunda sedang ibadah, menjalankan perintahnya Allah. Bekerja, menjemput rezeki. Harusnya kita banyak bersyukur, karena Allah memberikan rezeki. Shahia gak boleh nangis hanya karena kangen sama Bunda. Bunda juga kangen kok, kan baru satu malam loh. Bunda juga ga lama di Sidoarjo, besok luas sudah di rumah lagi. Nangis boleh, Nak. Tapi karena rasa syukur atau karena merasa bersalah atau berdosa, lalu minta maaf sama Allah sampai menangis."

"Iya Bun..."

Isakannya agak mereda.

"Shahia sekarang maem ya. Bersyukur. Tidak bole sampai sakit, karena tidak bersyukur, ada makanan tidak dimakan, itu namanya tidak bersyukur. Dan Allah tidak suka pada orang-orang yang tidak bersyukur. Mau disayang Allah kan?"

"Mau Bun ..."

"Makan ya, Nak ... sekarang. Bunda tutup dulu telponnya, Shahia makan."

Tak lama, notifikasi applikasi WhatsApp ku menerima foto, dia sedang makan dengan lahap. Alhamdulillah ....

Wednesday, June 19, 2019

AKHLAK MEMBAIK SEBAB SAKIT

June 19, 2019 0 Comments

Image result for ANAK LELAKI SAKIT ASMA



"Bun, Kakak sesek nafas lagi. Asmanya kambuh lagi." Sulungku bernafas dengan tersengal-sengal.

"Yang sabar, Kak. Herbal yang Bunda siapin diminum ya. Terus berprasangka baik pada Allah, yang ikhlas menerima sakitnya, istighfar, lalu mohon Allah sembuhkan sakitnya Kakak." Aku mencoba memberinya semangat.


***


Pucuk dicinta ulam tiba. Saat kondisi Aksan kurang fit itulah, Allah kirimkan salah satu sahabatku, Mba Sumi, seorang terapis kesehatan Islami dan pakar herbal bertandang ke rumah. Dengan tangan ajaibnya, Mba Sumi menerapi Aksan menggunakan metode totok punggung. Sembari kami berdua berdiskusi tentang herbal maupun terapi lanjutan sebagai bentuk ikhtiar kepada Sang Khalik untuk kesembuhan Aksan, sedikit demi sedikit aku mencoba menstimulasi kecerdasan spiritual Aksan. Bahwa sakit itu dari Allah dan yang menyembuhkan hanyalah Allah. Sehingga saat proses terapi, aku dan Mba Sumi meminta Aksan untuk berzikir, memohon kesembuhan pada Allah.

Sepulang Mba Sumi, aku mengajaknya mengobrol dan memberinya banyak pemahaman tentang makna sakit. Kenapa Allah izinkan seseorang itu sakit, dan kenapa setiap orang yang sakit justru harus bersyukur serta lebih gembira. 

"Nak, sakit merupakan takdir Allah dan menurut aqidah seorang muslim yang beriman bahwa semua takdir Allah itu baik dan ada hikmahnya, termasuk seseorang yang sedang sakit, seharusnya dia justru bergembira. Kakak juga harusnya lebih bersyukur dan bergembira karena sedang sakit loh." Aku mulai membuka obrolan.

"Loh, kok bisa Bun?"

"Bunda bacain artikel bagus nih ya, Kakak simak deh ...." Aku mulai membaca beberapa materi yang memang sudah aku simpan dalam softfile di laptopku.


"Sakit adalah ujian, cobaan sekaligus takdir Allah. Jadi, orang yang sedang sakit sebaiknya memahami bahwa sakit adalah ujian dan cobaan dari Allah dan perlu benar-benar menanamkan dalam keyakinan kita yang sedalam-dalamya bahwa ujian dan cobaan itu sendiri merupakan tanda kasih sayang Allah. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ،

فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa yang ridho (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya.” 
(HR. At-Tirmidzi no. 2396, dihasankan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)



Dan beliau shallallahu ‘alihi wa sallam juga bersabda,

إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا

وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang hamba, maka Allah menyegerakan siksaan baginya di dunia.” 
(HR. At-Tirmidziy no.2396 dari Anas bin Malik, lihat Ash-Shahiihah no.1220)



"Nah, coba kita renungkan hadits tadi, Nak. Apakah kita tidak ingin Allah menghendaki kebaikan kapada kita? Allah segerakan hukuman kita di dunia dan Allah tidak menghukum kita lagi di akhirat yang tentunya hukuman di akhirat lebih dahsyat dan berlipat-lipat ganda. Dan perlu kita sadari bahwa hukuman yang Allah turunkan merupakan akibat dosa kita sendiri, salah satu bentuk hukuman tersebut adalah Allah menurunkannya berupa penyakit. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ

وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَْ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ

قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَْ أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ

مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:”Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. "
(Al-Baqarah:155-157)



Ujian juga merupakan takdir Allah yang wajib diterima dengan kesabaran, alhamdulillah jika mampu diterima dengan ridha bahkan penuh rasa syukur. Semua manusia pasti mempunyai ujian masing-masing. Tidak ada manusia yang tidak pernah tidak mendapat ujian dengan mengalami kesusahan dan kesedihan. Setiap ujian pasti Allah timpakan sesuai dengan kadar kemampuan hamba-Nya untuk menanggungnya karena Allah tidak membebankan hamba-Nya di luar kemampuan hamba-Nya.

Jadi, Kakak harus yakin bahwa Kakak bisa bertahan, kuat menghadapi sakit Kakak. Asma ini bisa disembuhkan insyaAllah, jika Allah berkenan dan berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin."


"Yang kedua, sakit manghapuskan dosa-dosa kita. MasyaAllah .... Orang yang sakit harusnya gembira mendengar berita ini, karena kesusahan, kesedihan dan rasa sakit karena penyakit yang ia rasakan akan menghapus dosa-dosanya. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ

“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya” 
(HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 651)


Dan beliau shallallahu ‘alihi wa sallam juga bersabda,

مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَزَنٍ، وَلاَ وَصَبٍ،

حَتَّى الْهَمُّ يُهِمُّهُ؛ إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ عَنْهُ سِيِّئَاتِهِ

“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.”
(HR. Muslim no. 2572)



"Bergembiralah anak solihnya Bunda, karena bisa jadi dengan sakit Kakak ini Kakak akan bersih dari dosa bahkan tidak mempunyai dosa sama sekali, Kakak jadi tidak punya timbangan dosa, Kakak menjadi suci sebagaimana anak yang baru lahir. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ

حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

“Cobaan akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, 
baik pada dirinya, pada anaknya maupun pada hartanya, 
sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.”
(HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan dinyatakan hasan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/565 no. 2399)



"Sesudah kesulitan pasti datang kemudahan, Nak. Kakak harus percaya juga bahwa Kakak pasti akan sembuh. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراْْْ, إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً ً

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” 
(Alam Nasyrah: 5-6)


Ini merupakan janji Allah, tidak pernah kita menemui manusia yang selalu merasa kesulitan dan kesedihan, semua pasti ada akhir dan ujungnya. Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan, susah-senang, lapar-kenyang, kaya-miskin, sakit-sehat. Salah satu hikmah Allah menciptakan sakit agar kita bisa merasakan nikmatnya sehat. sebagaimana orang yang makan, ia tidak bisa menikmati kenyang yang begitu nikmatnya apabila ia tidak merasakan lapar, jika ia merasa agak kenyang atau kenyang maka selezat apapun makanan tidak bisa ia nikmati. Begitu juga dengan nikmat kesehatan, kita baru bisa merasakan nikmatnya sehat setelah merasa sakit sehingga kita senantiasa bersyukur, merasa senang dan tidak pernah melalaikan lagi nikmat kesehatan serta selalu menggunakan nikmat kesehatan dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua kenikmatan yang sering terlupakan oleh banyak orang: nikmat sehat dan waktu luang.” 
(HR. Bukhari, no: 5933)



"Jadi Nak, Kakak harus lebih banyak bersabar. Karena dengan bersabar, Kakak bisa mendapatkan pahala yang sangat besar dan keridhaan Allah. 

Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar diberikan pahala 
bagi mereka tanpa batas.” 
(Qs. Az-Zumar:10)


Kakak harus selalu semangat dan berbaik sangka kepada Allah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamba kepada-Ku, jika ia berprasangka baik, maka aku akan berbuat demikian terhadapnya. Jika ia berprasangka buruk, maka aku akan berbuat demikian terhadapnya.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit bersama obatnya, dan menciptakan obat untuk segala penyakit, maka berobatlah, tetapi jangan menggunakan yang haram.”
(HR. Abu Dawud)

"Nah, Kakak sekarang istirahat. Sebelum tidur, baca doa dan terus bezikir pada Allah. Dan paling penting, Kakak harus tetap gembira ya, Nak!"

"Oke, Bun. Kakak paham, insyaAllah Kakak belajar lebih sabar." 








--------------------------------------------------------------------------------------------------------


Sumber Referensi :

https://www.republika.co.id

https://muslimafiyah.com



Tuesday, June 18, 2019

ANAK GEMAR SEDEKAH, GAYA HIDUP PENUH BERKAH

June 18, 2019 0 Comments


Image result for mengajarkan anak untuk bersedekah


Sebagai bunda, aku banyak membacakan dan mengingatkan ayat-ayat Allah tentang keutamaan dan pentingnya bersedekah, di antaranya dapat dilihat di dalam Al-Qur’an Surat: Al-Baqarah (2) ayat 261, ayat 274, Al-Ahzab (33) ayat 35, Al-Hadid (57) ayat 18 dan lain-lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberikan jaminan bahwa harta tidak akan berkurang dengan sedekah.

“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (Terjemahan HR. Muslim).

Dalam hadits lain, diriwayatkan bahwa Asma` bintu Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuma pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki harta kecuali apa yang dimasukkan Az-Zubair kepadaku. Apakah boleh aku menyedekahkannya?’” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bersedekahlah. Jangan engkau kumpul-kumpulkan hartamu dalam wadah dan enggan memberikan infak, niscaya Allah akan menyempitkan rezkimu.” (Terjemahan HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Bahkan kepada seorang wanita yang tidak memiliki kelapangan harta ataupun makanan, kecuali sedikit, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memberikan motivasi untuk bersedekah dan tidak menahannya, terutama kepada tetangganya. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menyampaikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai wanita-wanita muslimah! Janganlah seorang tetangga meremehkan untuk memberikan sedekah kepada tetangganya, walaupun hanya sepotong kaki kambing.” (Terjemahan HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Secara fitrah tidak seorangpun yang simpati kepada orang yang pelit dalam berbagi dan berderma selain dirinya sendiri. Karena itu Islam mencela orang yang memiliki sifat ini. Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan salah satu bentuk celaannya, yaitu mendapatkan do’a yang negatif dari malaikat.

Imam al-Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak satu hari pun dimana seorang hamba berada padanya kecuali dua Malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.’ Sedangkan yang lainnya berkata,“Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang kikir”. (Terjemahan HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Anak ibarat kertas putih. Orangtua yang mengisinya. Bagaimana tulisan dan gambar yang tertuang, seperti itu anak akan menjadi. Bukan hanya sekolah dan guru, lebih dari mengajarkan, kertas anak seyogianya berisikan buah didikan. Mendidik supaya anak gemar bersedekah agar kelak masa depannya penuh berkah adalah salah satunya.

Anak-anak tidak memahami hakekat sedekah jika hanya dicontohkan memasukkan uang ke dalam kotak amal. Mereka tidak tahu kotak amal itu fungsinya apa, untuk siapa dan mengapa harus memasukkan uang ke dalamnya?

Oleh sebab itu, yang pertama aku lakukan adalah menanamkan rasa empati terhadap anak-anak yatim piatu serta kaum dhuafa terlebih dahulu. Aku yakin, dari rasa empati, barulah anak bisa paham mengapa ia perlu bersedekah. Empati berfungsi mendorong anak untuk menjadi pribadi yang peduli pada sesama. Selain itu, empati memudahkan seseorang untuk menjalin hubungan lebih baik dengan orang lain. 

Bulan Ramadhan yang lalu adalah sebuah moment yang sangat luarbiasa bagi anak-anak belajar secara langsung tentang empati dan sedekah. Aku dengan teman-teman majelis taklim mengadakan sesi buka bersama bersama anak-anak yatim piatu dari beberapa Panti Asuhan, serta secara langsung menyampaikan donasi ke beberapa Panti Asuhan dengan membawa anak-anak.

Mereka melihat secara langsung teman-teman seusianya yang tinggal di Panti Asuhan tersebut. Mereka melihat secara langsung bahwa ternyata banyak di luar sana yang sudah tidak memiliki orangtua, baik ibu maupun ayah, karena telah berpulang pada Allah SWT. Anak-anak juga mulai memahami makna puasa yang mereka jalani, bahwa itu adalah sebuah perintah Allah supaya kita semua merasakan kekurangan saudara-saudara kita. Bahwa banyak di antara kaum muslimin yang kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, khususnya makan dan minum air bersih. 

Beberapa rangkaian kegiatan yang sudah kami lakukan bersama di bulan Ramadhan ternyata benar-benar efektif dan sangat membekas. Bahkan si bungsu Lula, saat melihat kotak amal di masjid, langsung meminta uang padaku. 

Image result for mengajarkan anak untuk bersedekah

"Bunda, minta uang."

"Buat apa, Nak?"

"Buat nabungin di situ," katanya sambil menunjuk sebuah kotak amal.

"Lula mau nabung untuk Allah ya?" tanyaku, dan dengan segera dia menganggukkan kepala.




Alhamdulillah, Allah memudahkanku untuk memberikan pemahaman kepada anak-anakku tentang sedekah. Semoga kegemaran anakku bersedekah bisa istiqomah, dan senantiasa bergaya hidup penuh berkah. Aamiin ... 


BERKOMPETISI DALAM KEBAIKAN

June 18, 2019 0 Comments





Ayat yang aku renungkan pada kesempatan kali ini adalah firman Allah Ta’ala,


سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al Hadiid: 21)

Allah juga berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 148 yang artinya, “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

2 ayat tersebut cukup menjadi dasar kuat dalam family projectku episode ini. Menstimulasi Kecerdasan Spiritual Anak dengan tema "Berlomba Berbuat Baik di Rumah". 

"Nak, Islam tidak hanya meminta umatnya untuk berbuat kebaikan. Tapi sebagai seorang muslim, Allah meminta untuk berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan." Aku memulai sesi obrolan dengan anak-anak dengan menjelaskan konsep Fastabiqul Khoirot dengan bahasa sesederhana mungkin.

"Berlomba-lomba berbuat baik itu bisa dimulai dari dalam rumah loh. Misalnya, saat Bunda sedang sibuk, tanpa perlu diminta, Kakak Aksan, Kakak Shahia atau pun Lula itu berlomba-lomba mengerjakan pekerjaan rumah yang belum Bunda selesaikan. Menyapu, mengepel, mengangkat jemuran, melipat pakaian yang sudah dicuci Bunda, mencuci piring setelah makan, baik piringnya sendiri maupun piring yang dipakai oranglain. Paham?"

"Hmmm ... iya Bun, paham." Aksan dan Shahia serentak menjawab, si bungsu Lula hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Tak lama berselang, si bungsku itu berlari ke arah dapur. Dia membawa 2 botol minuman yang sudah kosong.

"Bunda, Lula juga mau ikut lomba. Lula ngisi botol terus dimasukin ke kulkas ya!" Ceteluk gadis kecilku itu dengan nada ceria.

MasyaAllah ... semangat berlomba berbuat baik di rumah sudah dia nampakkan dengan segera. Kedua kakaknya berpandangan, dan ikut beranjak berdiri, mencari sesuatu untuk mereka kerjakan. Si sulung Aksan mengambil sapu, si tengah Shahia memposisikan diri di depan tumpukan piring dan gelas kotor. 

Alhasil rumah bersih dan rapi seketika. Tanpa keluhan, mereka nampak semangat mengerjakan pekerjaan rumahtangga. 


Aku membaca ulang beberapa referensi tentang Fastabiqul Khoirot. Fastabiqul Khoirot adalah suatu konsep yang menghendaki segenap umat Islam segera melakukan aksi kebaikan untuk mendapat ridha-Nya. Jika ada orang lain juga melakukan, maka berusahalah untuk melakukan dengan kualtias terbaik (ahsanu ‘amala) dan terus-menerus.

Dalam Tafsir al Qurtuby (6/153) Firman Allah, “Maka berlomba-lombalah kalian dalam berbuat kebaikan”, maksudnya bersegeralah kalian pada keta’atan. Ayat ini menunjukkan bahwa mendahulukan kewajiban lebih utama daripada mengakhirkannya, ulama tidak berbeda dalam hal ini, terutama dalam masalah sholat di awal waktu.

Sementara itu, dalam Tafsir Ibnu Katsir ayat tentang berlomba-lomba dalam kebaikan maksudnya agar kita senantiasa taat kepada syari’at Allah subhanahu wa ta’ala dan menjadikannya sebagai penghapus syariat yang sebelumnya dan membenarkan kitab-Nya, yaitu Al Qur’an yang menjadi akhir kitab yang diturunkan-Nya.

Fastabiqul Khoirot sangat membutuhkan perencanaan, pelaksanaan dan kontroling sehingga waktu tidak ada yang terbuang percuma. Energi tersalurkan pada peningkatan mutu diri secara keseluruhan.

Dengan berlomba-lomba dalam kebaikan, kita akan mendapatkan faedah yang luar biasa, yaitu semua waktu akan menjadi produktif, tidak ada waktu yang terbuang percuma, karena manusia akan sibuk dengan amal kebaikan.

Selain itu, membiasakan diri ber-fastabiqul khoirot akan menyelamatkan diri kita pada kesia-siaan waktu, karena semua dihadapi dengan perencanaan dengan sebaik-baiknya dan amalan yang kita lakukan akan diridhoi oleh Allah subhanahu wa ta’ ala.

Umat muslim harus menjadikan fastabiqul khoirot menjadi sebuah karakter yang melekat pada diri kita, maka insyaAllah kita akan merasakan hadirnya cinta dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik yang Allah ridhai.

Faedah yang terakhir, kita diselamatkan dari bisikan setan yang merugikan. Pada dasarnya manusia diciptakan dengan fitrah bekerja. Ketika segala apa yang kita kerjakan tidak berdasarkan fitrah yang Allah cipta, maka akan timbul hal-hal yang tidak diinginkan, karena menyimpang dari yang seharusnya.




Sumber referensi :

https://suaramuslim.net

https://dalamislam.com

https://tarbawiyah.com









BUKAN MILIK KITA

June 18, 2019 0 Comments


"Bun, beliin jam donk!" Shahia merengek saat kami sedang berjalan-jalan di area pertokoan di pusat Kota Semarang.


"Lula juga!" Adiknya pun menyumbang sebuah rengekan.


Dan yap! Mamak merasa kalah telak saat melirik wajah-wajah memelas itu menunjuk sebuah jam tangan bergambar Hello Kitty berwarna pink, khas anak-anak. 


"Oke deh, tapi jamnya dipakai kalau pas pergi atau sekolah aja ya, Nak. Kalau di rumah, apalagi mandi dan renang, jamnya dilepas. Biar awet, kita jaga apa yang Allah titipkan. Bisa?" Aku berusaha membuat sebuah negoisasi.


"Janji, Bunda!" Mereka serempak menjawab.


Alhasil, di pergelanga keduanya tak lama sudah bertengger jam berwarna pink dengan gambar pilihannya, LOL, aliasa enggak jadi memilih yang Hello Kitty. Mataku pun sekejap menangkap kerling-kerling jam tangan wanita yang nampak mengulik hati. Sejenak aku memandang, kemudian mengambil dan mencobanya. 


"Bunda mau beli juga?" Shahia menangkap mataku yang berbinar saat kulihat jam itu cocok sekali dengan pergelangan tanganku yang berangka besar.


"Belum tahu. Pas kemaren Bunda dapet jam tangan warna item, waktu kita di hotel itu loh, inget gak? Bunda nemuin jam tangan warna item, keren, tapi Kakak gak boleh." Aku sengaja memancing anak sulungku, Aksan yang sedari tadi hanya diam menonton gerak gerik adik-adiknya yang merengek minta dibelikan jam tangan.


"Oh iya Bun, waktu itu kan Bunda bilang nemuin jam di mushola hotel ya Bun. Jamnya bagus." Shahia mencoba mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.


"He em. Bagus kan, gratis lagi. Kan Bunda nemu, jadi ga usah beli," kataku menimpali.


"Tapi Bun, jam itu kan bukan milik Bunda loh. Kata Bunda, kalau bukan milik kita, harus dikembalikan pada yang punya. Ya jadi Kakak gak setuju kalau jam-nya dipakai Bunda. Nanti dosa loh, Bun!" Akhirnya sulungku angkat bicara.




Yess!! Alhamdulillah ...

Allah menghendaki anak-anakku belajar langsung dengan studi kasus di lapangan. Kejadian yang kami alami beberapa hari sebelumnya ternyata membekas bagi mereka. Dan saat ini aku sengaja mengungkitnya untuk menstimulasi kecerdasan spiritual mereka tentang "Konsep Kepemilikan".


Ada nilai penting yang sudah anak-anakku pahami hari ini, masyaAllah. Luarbiasa DIA membuat skenario yang tinggal aku perankan saja. Menemukan sebuah jam tangan wanita yang cantik, kemudian aku sengaja memakainya agar anak-anakku bertanya. Hingga kemudian aku bercerita bahwa jam tersebut aku temukan di mushola. Dan kemudian Aksan dengan tegas memintaku melepasnya, dan membawa ke Resepsionis untuk diinformasikan kepada para tamu hotel lainnya yang mungkin kehilangan jam tangan hitam itu.


Seorang Muslim terlarang untuk menggunakan barang milik orang lain tanpa izin. Jika larangan ini terlanggar, maka sudah termasuk dosa. Dikutip dari laman Nahdlatul Ulama, dalam fikih, barang yang ditemukan di tempat terbuka tanpa diketahui pemiliknya disebut dengan barang luqathah. Syeikh Ahmad bin Umar As Syathiri dalam kitabnya Al Yaqutun Nafis, menjelaskan apa yang dimaksud dengan barang luqathah.

"Menurut syara' (aturan Islam), luqathah adalah barang yang ditemukan berupa hak yang dimuliakan di tempat yang tidak terjaga di mana penemu barang tidak mengetahui orang yang berhak atas barang tersebut."

Jenis luqathah tidak terpaku hanya pada barang berharga seperti uang atau emas perhiasan. Barang yang juga termasuk luqathah bisa berupa buku, tas, apa saja, selama ditemukan di tempat terbuka dan tidak diketahui siapa pemiliknya.Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan beberapa aturan di tanah haram, di antaranya,

وَلاَ تَحِلُّ سَاقِطَتُهَا إِلاَّ لِمُنْشِدٍ

"Tidak halal diambil barang temuannya, kecuali bagi orang yang hendak mengumumkannya." 
(HR. Bukhari 112 & Muslim 3371).




Pendapat yang rajih (mendekati kebenaran) terkait barang temuan, bahwa tidak ada perbedaan antara barang temuan di tanah haram (Mekah) dan selain tanah haram. Karena itu, ketika kita merasa ada orang lain yang lebih memungkinkan untuk mengembalikan barang itu, sebaiknya kita serahkan ke orang lain, dan kita tidak mengambilnya.


MasyaAllah betapa luarbiasa ajaran Islam jika terus menerus dibumikan. Jangankan harga diri, barang yang hilang saja, dalam islam dijaga, agar bisa dikembalikan kepada pemiliknya. Andai semua umat Islam mempraktekkan semua ajaran Rosulullah SAW, negaranya akan menjadi negara yang aman dan damai.



Allahu'alam ...


BELAJAR BERTANGGUNG JAWAB

June 18, 2019 0 Comments
Masih bicara tentang menstimulasi kecerdasan spiritual anak, eposide yang aku pilih hari ini adalah tentang "Tanggung Jawab". Tanggung jawab adalah perbuatan dimana seseorang berani menanggung apa yang telah diucapkan dan dilakukan. Sikap tanggung jawab tentunya sangat penting bagi kehidupan di dunia, baik dalam hal beribadah ataupun hubungan sosial. Tanpa adanya rasa tanggung jawab maka sudah pasti kehidupan akan berantakan.

Islam sendiri juga mengajarkan kita untuk mengutamakan sikap tanggung jawab. Hal ini terbukti dari banyaknya ayat-ayat Al-Quran yang membahas konsep tanggung jawab. Sebagai seorang khalifah di bumi, apa yang dilakukan tidak boleh hanya untuk kepentingan diri pribadi dan tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri saja. Pertanggungjawaban kita kelak mencakup :
  1. Pertanggung jawaban pada diri sendiri.
  2. Pertanggung jawaban pada masyarakat.
  3. PPertanggung jawaban pada Allah.

Dalam sejarah ulama salaf, diriwayatkan bahwa khalifah rasyidin ke V, Umar bin Abdil Aziz dalam suatu shalat tahajjudnya membaca ayat 22-24 dari surat ash-shoffat


احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ(22)
مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ(23)
وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ(24)

yang artinya : "(Kepada para malaikat diperintahkan) “Kumpulkanlah orang-orang yang dzalim beserta teman sejawat merekadan sembah-sembahan yangselalu mereka sembah, selain Allah: maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah mereka di tempat perhentian karena mereka sesungguhnya mereka akan ditanya (dimintai pertanggungjawaban)."



Dalam surat Al Mudatstsir ayat 38 juga Allah berfirman,


كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ(38)


Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya.”


Betapa penting menanamkan rasa tanggung jawab dalam kaitannya dengan menstimulai kecerdasan spiritual. Namun, rasa tanggung jawab tentunya tidak serta merta bisa dimiliki anak langsung di usia dewasa, melainkan harus ditumbuhkan sejak usia dini. 

Nayura (Lula) yang berusia 3,5 tahun sengaja aku stimulasi untuk menumbuhkan rasa tanggung jawabnya dari hal-hal kecil. Lula yang memang masih suka ngedot, aku biasakan untuk bertanggung jawab dengan mencuci botolnya sendiri, Tentunya hasil cucian botolnya belum sempurna dan akulah yang menyempurnakannya hingga benar-benar bersih, akan tetapi dari proses "mencuci botol sendiri" Lula, bungsuku, belajar tentang tanggung jawab. Jika dia memakai sesuatu yang bersih, setelah digunakan, dia bersihkan kembali. Demikian halnya saat dia bermain, setelah selesai dengan mainannya, Lula harus membereskan mainan itu kembali ke box.

Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak memang bukan hal yang instan. Kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhsuburkan rasa tanggung jawab dalam dirinya harus terus menerus dilakukan dan distimulasi hingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan akan melahirkan karakter. Semoga Allah terus membimbing buah hatiku supaya mereka memiliki rasa tanggug jawab yang kuat, pada dirinya sendiri, pada lingkungannya serta pada Sang Khalik. Aaamiin Allahumma Aamiin ...



Friday, June 14, 2019

STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL #2

June 14, 2019 2 Comments




Masih di proyek menstimulasi Kecerdasan Spiritual untuk pasukan krucilsku, membaca dan belajar dari beberapa literatur adalah sebuah keharusan. Sekali lagi mencerna tentang apa itu kecerdasan spiritual, yang merupakan kemampuan seseorang untuk bisa memahami makna yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat sehingga bisa memiliki fleksibilitas ketika menghadapi persoalan yang ada di dalam masyarakat. Dalam artian, kecerdasan tersebut bisa digunakan untuk menempatkan perilaku serta hidup ke dalam konteks dengan makna yang lebih luas, keceradasan tersebut nantinya akan menilai jika tindakan ataupun jalan hidup dari seseorang akan lebih bermakan dibandingkan dengan yang lainnya. Kecerdasan Spritual (SQ) sebenarnya merupakan landasan yang digunakan untuk memfungsikan Intellegent Quotient (IQ) serta Emotional Quotient (EQ) dengan efektif.


Kecerdasan spiritual perlu distimulasi sejak dini, agar seorang anak dapat memiliki kepekaan batin dan jiwa terhadap diri sendiri maupun orang lain. Di samping itu, dengan mengembangkan kecerdasan spiritual seorang anak akan lebih mampu mengenali dirinya sendiri, seperti kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Dengan demikian anak akan mampu menutupi kekurangan dirinya dengan mengasah kelebihannya secara maksimal agar sukses di masa depan.
Taat kepada agama, hal ini menjadi tolak ukura yang cukup penting. Agama akan mengajarkan manusia agar dapat berbuat kebaikan bahkan kepada sesama. Mengajarkan untuk saling membantu, tidak mencuri, dan lainnya. Jika hal ini diterapkan dalam kegiatan yang ada di masyarakat maka tentunya kita akan dianggap sebagai orang baik di mata masyarakat lainnya.


Beberapa kiat untuk menumbuhkan kecerdasan spiritual pada anak yang aku baca dari beberapa sumber adalah sebagai berikut :
  • Memancing kreativitas anak untuk bertanya, terutama pertanyaan-pertanyaan yang mendasar seperti pertanyaan mengenai Tuhan, terjadinya alam semesta, tentang keberadaan dirinya, cinta, dan sebagainya. Siapkan jawaban-jawaban yang bijaksana. 
  • Mendengarkan mereka sehingga mereka merasa bebas mengekspresikan perasaan, khayalan dan sudut pandangan mereka, menjadi orangtua yang dapat dipercaya oleh mereka. 
  • Mengajak anak terlibat dalam ritual atau aktivitas keagamaan atau spiritual, serta menjelaskan maknanya. 
  • Jangan pernah bosan dan lelah membimbing mereka, karena semua proses membutuhkan waktu. Dampingi dengan penuh kasih sayang. 

Sebagai ibu tunggal, sudah pasti aku pun memiliki peran utama dalam mendidik ketiga buah hatiku dalam bidang ini. Menanamkan mereka akan pentingnya ibadah adalah sebuah keharusan. Maka, aku mencoba setiap hari makin menggemakan aktivitas ruhiyah (keagamaan), terlebih saat ini mereka masih dalam nuansa liburan.


"Ibadah itu perintah, Nak, bukan pilihan." Aku mencoba memberikan pemahaman kepada ketiga anakku.

"Kalau perintah Allah, kira-kira boleh ga kalau tidak dilakukan?" Aku memberikan brainstorming saat kami sedang santai di rumah.

"Ya enggak lah Bun. Kalau perintah Allah dilanggar nanti dosa dong," si Sulung menjawab dengan mantap.

"Yess! Jadi, solat lima waktu, yang juga ibadah wajib, adalah perintah Allah. Betul kan? Nah, boleh ga kalau gak solat?" tanyaku sengaja memicu pemahaman mereka.

"Gak boleh dong Bun," sahut Shahia, si tengah dengan cepat.

"Nah, oke, berarti solat gak boleh ditinggalin ya. Kalau ditunda-tunda boleh ga?" tanyaku lagi, sambil sesekali memberikan senyum supaya mereka tidak merasa terintimidasi.

"Hmm ... ya gak boleh juga sih harusnya," jawab Aksan sambil mendesah.

"Oke, kalau begitu, sepakat ya, kita gak boleh membuat Allah menunggu. Begitu denger adzan, Kakak langsung ke mesjid, Shahia, Nayura dan Bunda solat di rumah. Sebaik-baik tempat solat bagi wanita adalah di rumahnya, sedangkan untuk laki-laki, Nabi memberi nasehat untuk ke masjid." Aku mulai serius.

"Bagaimana? Kita sepakat?" tanyaku sekali lagi untuk menegaskan ending diskusi kami.

"Sepakaaaaat Buuun," Aksan dan Shahia kompak, Nayura hanya tersenyum dengan wajah lucunya memperhatikan kedua kakaknya berseru kompak. Ketiganya toss dan kemudian tertawa.

"Oke, mulai nanti Magrib, kita lakukan ya. Karena sudah tahu kalau solat itu ibadah wajib, dan perintah dari Allah, dan tidak ada pilihan untuk menundanya, berarti Bunda udah gak lagi ngingetin untuk wudhu dan segera melaksanakan solat loh ya ...."

"Oke Bun!" jawab keduanya nyaris bersamaan.



Alhamdulillah, sekali lagi Allah mudahkan diriku memberikan mereka pemahaman tentang ibadah. Semoga Allah senantiasa memberikan anak-anakku hati yang lembut, sehingga selalu dapat menjemput hidayah Islam dan Iman dalam keistiqomahan. Aamiin Allahumma Aamiin ....

Thursday, June 13, 2019

STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL #1

June 13, 2019 0 Comments


"SILATURAHMI : Lapangkan Rezeki, Luaskan Relasi"








Tekadang dalam keseharian kita terlalu menyibukkan diri pada dunia. Begitu pun dengan pendidikan yang diberikan kepada anak. Tidak sedikit orang tua yang menuntut anaknya untuk cerdas dan berprestasi di sekolah atau di bidang bidang kompetisi lainnya. Namun lupa dengan bagaimana anak dididik agamanya. Sudah tentu dalam perkembangannya, anak harus memiliki kecerdasan yang seimbang. Dan yang harus tertanam sejak kecil dan diarahkan, terutama pada hal-hal yang terkait dengan keyakinan. Yaitu, bagaimana anak dapat memiliki kecerdasan spiritual.


Pada dasarnya setiap anak yang baru saja lahir, telah memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Dalam Islam, sebelum terjadinya penciptaan di dunia atau dengan kata lain sebelum roh ditiupkan pada jasad, terlebih dahulu roh yang masih suci melakukan perjanjian dengan Sang Pencipta. Hal ini tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Hadid: 8.


Akan tetapi, di era millenial sekarang ini kondisi mental serta akhlak anak merosot. Terbukti dengan banyaknya kasus tentang kenakalan anak dan remaja meliputi narkoba, kekerasan dalam pergaulan, bullying, bolos sekolah, bahkan menghina dan tidak mematuhi serta menghormati orang tua. Krisis ini terjadi karena kurang kuatnya penanaman nilai-nilai spiritual dalam diri anak sejak ia masih berusia dini (0-6 tahun).









Penanaman kecerdasan spiritual sangat berperan penting, karena dengan penanaman kecerdasan spiritual akan membentuk karakter manusia ke depannya. Dengan spiritual pula manusia dapat menemukan makna kehidupannya. Penanaman kecerdasan spiritual dapat dilakukan pada anak usia dini. Penanaman kecerdasan ini, bisa dilakukan melalui pendidikan pengembangan kecerdasan spiritual dalam berbagai hubungan. Pendidikan ini mendidik anak dalam berhubungan dengan Sang Pencipta (Tuhan), orang lain dan dengan alam (Siswanto, 2010).


Menurut Farihah, 2015, kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan jiwa. Ia dapat membantu manusia menyembuhkan dan membangun dirinya secara utuh. Kecerdasan spiritual ini berada di bagian diri yang paling dalam, berhubungan langsung dengan kearifan dan kesadaran yang dengannya manusia tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tapi manusia secara kreatif menemukan nilai-nilai yang baru.


Para orang tua tak boleh melupakan stimulasi berdimensi spiritual pada anak. Stimulasi bermuatan spiritual ini sebaiknya dilakukan sedini mungkin, tepatnya ketika anak dianggap mampu menangkap penjelasan-penjelasan kita sebagai orang tua. Tentu saja stimulasi itu perlu dilakukan bertahap, dengan bahasa sesederhana mungkin, dalam suasana interaksi menyenangkan, dan disesuaikan tahap pemahaman anak.



Salah satu kegiatan sederhana dan menyenangkan terkait dengan menstimulasi kecerdasan spiritual adalah mengenalkan makna serta manfaat silaturahmi, sesuai dengan hadist Rosulullah SAW.







Lebaran adalah moment yang tepat untuk mengingatkan mereka pada makna dan manfaat silaturahmi. Saat kami mulai diskusi tentang manfaat silaturahmi, selain mempererat persaudaraan juga melapangkan rezeki, mereka bertiga langsung cerah. Teringat akan beberapa amplop yang mereka terima sejak hari pertama Idul Fitri hingga beberapa hari lalu karena masih hilir mudik berkunjung silaturahmi ke beberapa sanak saudara.

Si sulung, Aksan, langsung memberikan komentar, "Allah Mahaluarbiasa ya Bun. Beneran loh silaturahmi itu memperbanyak rezeki ya Bun. Kakak dapet banyak amplop."

Aku tertawa geli. "Nak, silaturahmi memang dijanjikan melapangkan rezeki, bahkan memperpanjang usia. Akan tetapi, rezeki itu gak hanya uang dalam amplop! Kakak sehat, Kakak bisa tambah teman dan saudara, Kakak diberi kemudahan dalam menghafal ayat-ayat Quran, itu juga rezeki, Nak."

"Iya, Bun. Kakak ngerti," jawabnya masih dengan senyum lebar tersunggig di bibirnya.

Alhamdulillah, satu alasan syukur hari ini. Allah mudahkan anak-anakku memahami makna serta manfaat silaturahmi. Mereka bahkan secara langsung menikmati apa yang Allah janjikan dalam sebuah hadist Nabi, bahwa silaturahmi memperluas rezeki. Bukan hanya kebetulan, karena hari raya lebaran. Akan tetapi anak-anak mulai memahami bahwa rezeki bukan hanya materiil berupa uang, akan tetapi juga bisa saja sebuah peluang. Peluang untuk menambah saudara, peluang dari Allah berupa kesehatan yang harus lebih banyak disyukuri, peluang berupa kemudahan dalam menuntut ilmu dan sebagainya.









Sumber Referensi:


Farihah, I. (2015). Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Az-Zahra Majenang Cilacap. Skripsi, 4.

Siswanto, W. (2010). Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak, cet 2.Jakarta : Amza. Jakarta : Amza.