Tuesday, October 29, 2019

ALIRAN RASA ALA HESSA KARTIKA

October 29, 2019 0 Comments


#NEWCHAPTER2020

Begitulah hesteg yang lagi marak beberapa pekan ini. Ada perubahan sistem organisasi dari Ibu Profesional pusat. Semarang pun bergerak cepat mengikuti ritme perubahan.

Menoleh sejenak satu tahun silam. 2018. 
Ya ... seperti baru kemarin aku bergabung dalam leburan komunitas nan bergengsi ini.

Kubilang bergengsi bukan lantaran semua member berkendaraan mersi. Justru karena ribuan orang yang masuk ke dalam komunitas ini adalah wanita-wanita pilihan, pilihan Allah SWT.

Kok bisa???
Yess ... bagaimana tidak? Kalau untuk mulai masuk ke kelas matrikulasi saja, berjubelan, dan yang berhasil duduk di dalam kelas, sudah pasti berhasil mendepak beberapa wanita lain di luar sana yang juga ikut antri sebelumnya.
Masih sebut komunitas ini tidak bergengsi? Pikir ulang sendiri ...

Masuk dan menjadi bagian Ibu Profesional (IP) regional Semarang sejak lulus Matrikulasi adalah sebuah awal yang baru buatku. Menyelesaikan 9 NHW dalam waktu 9 pekan, kemudian berkumpul di sebuah ruang virtual bersama ratusan wanita lain yang mengikuti matrikulasi batch sebelumnya, kusebut mereka adalah senior, karena masuk dan saling mengenal lebih dulu. Bukan hanya saling mengenal secara personil, namun juga saling mengenal dalam konteks komunitas IP itu sendiri. 

Tak berselang lama, Mbak Endah, leader IP Semarang sempat mengajakku ngobrol, menawarkan satu kursi di perahu yang berlayar untuk tujuan mulia. Menjadi salah satu pengurus IP Semarang. 

Beberapa kursi kosong beliau tawarkan. Berkali-kali benakku bertanya, kenapa ditawarkan ke aku ya? Dan berkali-kali itu pula Mbak Endah meyakinkanku, bahwa diriku punya potensi untuk itu.

Hmmm.... jadi leader nampaknya juga kudu punya kemampuan cenawang, karena mampu membaca isi hatiku ples menerawang kemampuanku, wkwkwkwkwk. Guyon yo Mbak Endah ... 

Alhasil rayuan maut sang leader kala itu memincut kalbuku. Bukan sekadar hati, tapi menulang sungsum dalam kalbu (eeeaaa eeeaaaa). Penjelasan tentang jobdesk Manajer Online pun panjang lebar dijabarkan.

Oklik, diriku akan memulai peran baru. Biiznillah ...

Nuansa berbeda pastinya akan menyeruak ruang virtual IP Semarang. Akankah teman-teman siap dengan perubahan? Aku memang sempat khawatir akan hal itu. Style-ku yang rame, tentunya berbeda dengan style Mbak Adis, Manajer Online sebelumnya yang lembut dan kalem. Namun, aku begitu salud dengan beliau, Mbak Adis memberiku support untuk mengambil tongkat estafet tersebut. Sedikit banyak Mbak Adis menyampaikan proker-nya kala itu. Apa saja yang sudah berjalan dan apa saja yang belum sempat terealisasi karena beliau mengundurkan diri. Pengunduran diri yang memang harus beliau lalukan, karena kehamilan serta izin suami tidak lagi didapat untuk menjabat ManOn. 

Okeeee, saatnya semua bermula. Diriku dengan style yang rame dan memang sangat berbeda dengan style Mbak Adis mulai mewarnai kancah WAG IP Semarang. Pro dan Kontra mulai bersuara. Itu biasa saja sebenarnya, setiap perubahan, pasti akan menimbulkan reaksi dan respon. 

Hmmm ... helaan napas panjang dan tetap berusaha menstabilkan gelombang otak supaya tetap berada di state alpha adalah upayaku kala itu. Sebuah kejadian memang harus terjadi, dan bagaimana pun harus tetap disikapi dengan positif. Itu adalah kehendak Allah. Dan aku yakini, akan tetap ada hikmah baik untuk IP Semarang.

Jujurly, prokerku simpel saja saat menerima pinangan menjadi ManOn. Aku hanya ingin WAG IP Semarang tidak kriik kriiiik. Berisik Namun Berisi. Member yang hanya SR bisa diminimalisir, kembali pada tujuan bergabung di IP. Mau apa sih? Tujuannya ke mana sih? Dan kuajak untuk kembali melirik CoC komunitas yang kala itu memang sedang menjadi pokok bahasan bersama. Membumikan CoC IP.

Qodarullah, beberapa pendapat berbeda, dan sungguh, komunikasi online itu tidak semudah bertatap muka. Tulisan dan kalimat apa saja yang tertulis di ruang virtual itu tanpa ekspresi pengirimnya. Kita lah yang membacanya dengan ekspresi masing-masing, berdasarkan interpretasi masing-masing pula terhadap kalimat yang dibaca tersebut.

Persoalan personal yang ternyata dibawa ke ranah komunitas pun menjadi bumbu sedap. Beberapa member mengundurkan diri secara tertulis, beberapa yang lain memutasikan dirinya ke regional lain, lari dari regional Semarang.

Entahlah ... kala itu suasana memang sedikit memanas. Hingga aku pun sedikit merasa "gagal" memanage ruang virtual yang menjadi ranah kerjaku di IP Semarang.

Tapi, dukungan hampir semua pengurus serta puluhan teman member membuatku tetap kokoh berdiri. Satu stetmen yang sampai sekarang masih jelas dalam ingatan adalah dari Mbak Anis. 
"IP Semarang itu butuh orang sepertimu Mbak Hess. Pedes, teges, tapi juga luwes."

Aaaah ...., aku hampir melarikan diri dari pikulan tanggung jawab menjadi ManOn kala itu. Namun, dukungan teman-teman member serta tim pengurus selalu membuatku kembali bangkit. Di mana kalian bisa menemukan persahabatan seindah ini? Fix!! Ini adalah komunitas bergengsi!!

Periode kepengurusan berganti, namaku masih dipertimbangkan untuk tetap stay memangku jabatan ManOn. Namun, di kepengurusan periode berikutnya ini aku gak mau lagi sendirian. Aku meminta tim kepada leader. Dan ... terbentuk lah kami bertiga tim online hore hore. 

Mbak Marita Ningtyas dan Mbak Dian Eka, dua seniorku ini memang luarbiasa. Duuuuh, rasanya aku kurang ajar terhadap keduanya. Maka fix, kami menyebut diri dan melebur menjadi sebuah tim! Tidak ada atasan-bawahan dalam tim kami, masing-masing pegang peranan dan kerjasama. 

Diskusi renyah mulai dari program kerja hingga drama Korea. Jangan heran kalau kami selalu saja nyambung berbincang apapun. Selain sama-sama pecinta drama Korea, kami bertiga juga memang memiliki bidang minat yang sama, yaitu literasi. Obrolan apapun kontan selalu nyambung dan klik.

Frekuensi yang sama di antara kami bertiga membuat kami ngeblend lebih kentel, cepet dan kuat. Dan dari sini lah wacana untuk membuat WAG IP Semarang hidup bukan hanya sekadar wacana belaka, melainkan benar-benar menjadi realita.

Membangun sistem yang kami sebut GRUJA (Grup Kerja) adalah tantangan baru dalam periode kepengurusan ini. Gruja dibentuk dengan tujuan, semua member bisa ikut andil dalam menghidupkan WAG. Tidak melulu tim online yang sapa sipi atau pun membuat ide kulwap dan sebagainya untuk mengisi kancah per-online-nan, melainkan kami juga ingin semua member ikut berperan aktif. Bukan hanya sebagai "penerima materi", namun juga "pemberi materi".

Menghidupkan dan menumbuh suburkan ghiroh "berbagi dan melayani" dalam IP Semarang dengan kegiatan online di WAG. 
Grup Kerja bertugas selama sepekan, berisikan 15 orang. Dengan hari online di IP Semarang yang disepakati adalah senin-rabu-jumat, maka setiap hari online ada 5 orang yang bertugas. Baik sebagai pemateri, moderator, maupun notulen. Setelah Gruja #1 selesai di pekan pertama, maka pekan berikutnya berarti estafet ke Gruja #2, begitu seterusnya.

Alhamdulillah IP Semarang sudah bisa mengatasi para Silent Reader dengan sistem Gruja tersebut. Sosmed IP Semarang juga sudah tidak kebingungan lagi mau upload info apa saja. Karena saat WAG menjadi Berisik yang Berisi, notulensi dari kegiatan online tersebut menjadi dasar kami mengisi akun-akun sosmed IP Semarang. IG, FB bahkan blog IP Semarang pun menjadi lebih berwarna.

Semua ini tentu saja bukan hanya kerja keras tim online, melainkan seluruh member IP Semarang. Dan aku secara pribadi benar-benar terharu. Apresiasi tertinggi aku haturkan untuk seluruh member IP Semarang yang telah sukses menumbuh suburkan ghiroh "berbagi dan melayani". Gak ada kalian, gak rameeeee ....

Air mata bahkan menderas saat sistem Gruja IP Semarang ini menjadi percontohan untuk regional lainnya. MasyaAllah ... barakallah tim online IP Semarang ... Mbak Marita,Mbak Dian Eka ... 
Jazzakumullah khoiron katsiro Prosotan Ladiiiieeesss!!!!! Kalian luarbiasaaaa ....

Menjadi ManOn atau pun member biasa, bagiaku sama saja. Toh saat ini, ketika sistem Gruja sudah berjalan dengan apik, bahkan kami bertiga sudah hanya duduk anteng di belakang layar saja. Aku tetap harus bisa mengontrol waktuku sendiri untuk tetap ter-manage dengan baik, mengikuti ritme diskusi di WAG IP Semarang dan untuk keperluan online lainnya.

Menjadi pengurus atau pun tidak, sesungguhnya di IP Semarang sama saja. Apalagi di kancah per-online-an, bagiku semua member IP Semarang adalah pengurus! Mereka semua itu adalah bagian dari tim online!

Sungguh, komunitas ini adalah komunitas bergengsi yang tidak semua orang menjadi bagian di dalamnya. Siapa yang menentukan masuk atau tidaknya dalam komunitasku ini??? Allah!!!
DIA lah yang menentukan, siapa saja yang bisa masuk dan siapa saja yang belum DIA izinkan masuk. Jadi ... nikmat manalagi yang bisa aku dustakan jika kini aku telah menjadi bagian dari komunitas bergengsi ini??? 

Subhanallah wal hamdulillah ....


#iniSyukurkuManaSyukurmu
#AliranRasaAlaHessaKartika

OBROLAN SEMANIS ES KRIM

October 29, 2019 0 Comments



"Bun, boleh beli es krim hari ini?" Mata yang penuh harap itu menatapku.

"Hmmm ... katanya sisa jatah jajan minggu ini mau ditabung, kok malah mau beli es krim lagi sih. Emang gak bosen apa? Kemaren es krim, hari ini es krim lagi. Nanti mabok es krim loh. Setiap hari kok es krim melulu!" Aku sedikit keberatan.

"Bunda, Shahia itu pengen beli es krim yang rasa lain dari kemaren. Kemaren itu rasa durian, hari ini Shahia kepengen coba yang rasa semangka."

"Emangnya, kenapa harus cobain semua rasa?"

"Bunda, Shahia itu kan kepengen punya toko. Nanti tokonya Shahia juga jualan es krim. Biar Shahia tau, rasa es krim apa aja yang rasanya enak. Nanti Shahia jual di tokonya Shahia es krim yang rasanya enak, jadinya ya Shahia harus cobain semua rasa es krim dulu kan. Biar tau rasa apa aja yang enak." Dia mulai memaparkan alasannya.

Gadis kecil ini makin lama kuamati, otak bisnis melulu, batinku. 

Aku sebenarnya terkekeh sekaligus kagum dengan pemikirannya. Bermimpi menjadi pengusaha adalah hal baik. Selain bisa membuat orang menjadi kaya, bisnis juga bisa membuka lapangan pekerjaan. Akan tetapi menjadi pengusaha memang tidak mudah. Namun, aku tetap merasa agak tercerahkan. 

Sepertinya Bunda sudah menemukan gunungmu, Nak. Semoga kesimpulan Bunda benar, hatiku berkata dengan girangnya.


***


Bersumber dari artikel yang aku baca tentang ciri-ciri seseorang berjiwa bisnis (www.liputan6.com), aku mulai mengamati Shahia lebih detail.


1. Berani ambil risiko

Ciri-ciri pertama calon pengusaha sukses adalah sifat berani ambil risiko. Risiko memang selalu ada dalam kehidupan, terlebih di dunia bisnis.

Namun, mengambil risiko yang dimaksud bukanlah melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang dan perhitungan matang. Risiko dilihat sebagai peluang keberhasilan bagi pengusaha sukses.


Shahia adalah tipe anak yang berani mengambil risiko, misalnya saja dia punya keinginan untuk bermain sebelum tugas hariannya selesai. Dia paham betul bahwa risikonya adalah dia akan tidur lebih malam, karena setelah pulang dari bermain, dia harus tetap melipat baju-baju yang sudah aku cuci. Dan itu tetap dia kerjakan tanpa keluhan.


2. Tidak tertutup

Sifat terbuka adalah sifat yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha. Mengapa demikian? Karena sifat yang mau menerima saran dan kritik dari orang lain akan memberikan kemajuan diri untuk membangun usaha.

Untuk itu, orang-orang yang berjiwa pebisnis tidak pernah berpikir kritik dan saran orang lain tidak penting. Sebab, saran dan kritik orang lain bisa menjadi masukan berharga bagi pengembangan bisnis.

Shahia saat diberi nasehat, dia cenderung bisa menerima. Dibanding kakaknya, Aksan. Shahia tipe anak yang lebih terbuka dan saat diberi saran, misalnya saat dia sedang menggambar, lalu aku tiba-tiba menyarankan ditambah gambar lain, Shahia berpikir sejenak, dan ketika dia merasa saranku akan membuat gambarnya lebih bagus, maka dia akan turuti. 

Berbeda memang dengan kakaknya, di usia yang sama, dulu Aksan jarang bisa menerima saranku saat sedang mengerjakan sesuatu. Bikin PR aja misalnya dikasih masukan cara yang simpel, dia kekeh menggunakan caranya sendiri. Bukan bermaksud membandingkan, akan tetapi memang benar, bahwa semua anak itu unik. Mereka punya keistimewaan masing-masing.


3. Pintar menganalisis

Seorang pengusaha sukses biasanya merupakan seseorang yang dapat membaca situasi dan mengambil keuntungan dari situasi itu. Pengusaha sukses bisa melihat peluang bisnis besar bahkan dalam belitan masalah sekalipun.

Saat menghadapi masalah, pengusaha sukses mampu menganalisa akar masalah dan menghadirkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Aku melihat Shahia dalam hal menganalisa ini juga memiliki potensi. Contohnya obrolan es krim tadi. Membuatku terkekeh, akan tetapi sepertinya dia memang sedang melakukan analisa rasa es krim mana yang enak -menurutnya- sehingga dia akan jual nantinya di tokonya, yang entah kapan akan mulai ia buka, wkwkwkkwkwk.


4. Mudah beradaptasi

Ketika terjadi suatu masalah yang tidak diinginkan, entah itu terkait iklim bisnis atau yang lainnya. Seseorang yang berjiwa bisnis akan selalu bisa beradaptasi dengan keadaan yang ada dan merubahnya menjadi keuntungan.

Kemampuan adaptasi tersebut harus dimiliki, karena dunia bisnis yang terkenal dinamis dan serba cepat.

Jangan tanya tentang adaptasi kepada Shahia. Si tengahku ini, paling mudah bergaul dengan siapa saja. Di lingkungan baru pun, misalnya dia ikut saat aku menghadiri taklim atau acara-acara seminar, dengan mudahnya dia akan beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Dia tidak rewel. 

Bahkan pernah waktu kami sedang di Jakarta, Shahia ikut denganku silaturahmi dengan beberapa teman di ibukota. Kami pulang pergi dari Tangerang - Bekasi dengan menggunakan transportasi umum, KRL. Karena diriku belum hafal betul jurusan dan berhenti di stasiun mana saja, aku ternyata salah naik. Kejadian itu kontan aja lucu sekaligus melelahkan. Namun nyatanya, Shahia tetap ceria sedangkan Kak Aksan sudah pasang tampang cemberut.


5. Berpikir beda

Apabila ingin meraih sukses sebagai pengusaha maka seseorang perlu berpikir di luar kebiasaan. Pengusaha sukses biasanya mempunyai cara berpikir yang berbeda daripada orang kebanyakan.

Meskipun, perbedaan cara berpikir tersebut nantinya mendapat cibiran dari berbagai kalangan bahkan keluarga sekalipun.

Pemikiran yang berbeda ini mungkin belum begitu nampak pada Shahia. Namun keberaniannya untuk tampil beda memang sudah muncul. Shahia tipe anak yang semaunya dalam berpenampilan, dia gak malu walaupun warna gamis dan kerudungnya itu gak match. Atau kadang memakai rok, kaos lalu masih pula berjaket dan kerudung dengan corak dan warna yang campur aduk. Kadang ngeliatnya aja udah males, apalagi jalan bareng dengan Shahia yang berdandan gak karuan, tapi benar-benar dia cuek dan selalu merasa nyaman-nyaman saja dengan style-nya yang menurutku, acak-acakan.


6. Hitungan jitu

Sebagai seorang pengusaha, maka melakukan analisa dan memiliki perhitungan yang matang adalah keharusan. Jadi, butuh pembiasaan diri untuk memperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi dengan matang, mempersiapkan rencana yang jelas dari analisa dan perhitungan yang dilakukan tersebut dan mencoba melakukan.

Untuk saat ini, Shahia belum sampai pada level ini. Semoga nanti seiring bergulirnya waktu, dia tumbuh menjadi lebih matang dalam perhitungan yang erat kaitannya dengan analisa.


7. Tidak takut gagal

Tidak pernah ada seorang pengusaha sukses di dunia ini yang langsung menuai kesuksesan pada langkah pertama. Semuanya pasti pernah mengalami kegagalan terlebih dahulu bahkan kerugian berkali lipat sekalipun. 

Akan tetapi, semua kegagalan tersebut tidak dilihat sebagai hambatan yang menghentikan mereka untuk meraih tujuan. Justru kegagalan tersebut menjadi pemicu untuk lebih bekerja keras dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada. 

Sikap pantang menyerah dan tidak takut untuk gagal ini pulalah yang sedang aku tumbuh suburkan pada ketiga anakku, bukan hanya Shahia saja, melainkan juga Kak Aksan dan Lula.

Kenapa?

Karena menurutku, karakter pantang menyerah dan tidak takut gagal, terus mencoba, ini adalah bagian penting yang paling mendasar dari semua bidang.







Monday, October 28, 2019

DO IT WITH PASSION, OR NOT AT ALL

October 28, 2019 0 Comments

"Bun, setelah selesai melipat cucian, Shahia boleh minta uang jajan?"

Aku dengan ringan mengganggukkan kepala. Aku menyadari betul bahwa di usianya yang masih 7 tahun, Shahia masih belum benar-benar paham konsep bekerja ikhlas, alias tanpa pamrih. Namanya juga anak-anak, ketika mereka melakukan banyak hal, tentunya juga ingin menuntut banyak hal kepada kita, orang tuanya. 

***

Kebiasaan memberi uang jajan setelah anak-anak melakukan tugas hariannya memang tidak setiap saat aku lakukan. Anak-anak tidak kubiasakan "jajan" setiap hari. Anak-anakku belajar bagaimana mengelola sabar tentang kapan keinginan mereka dipenuhi, serta belajar memberi tanpa harus mengharapkan balasan. 

Sebagai orangtua, aku nggak ingin melewatkan masa-masa tumbuh kembang anak setiap hari. Semakin anak bertambah besar, maka semakin tinggi pula minat mereka untuk menyerap pengetahuan, serta segala sesuatu yang mereka lihat, dengar dan juga rasakan. Nah, tugasku sebagai orangtua tentunya harus mengajarkam mereka hal-hal positif, termasuk soal keuangan.

Mau nggak mau, suka atau nggak suka, seiring perkembangannya, anak akan pintar dan mengenal soal nilai uang. Jadi, aku merasa, sudah menjadi kewajiban untuk mengajari mereka apa itu uang dan gimana cara mengelolanya.

Seorang penulis terlaris yaitu Rachel Cruze membagikan tips simpel untuk membantu para orangtua sepertiku.

Cruze yang bekerja dengan ayahnya, Dave Ramsey, ini mengatakan bahwa sebagai orang tua, kita perlu mengajarkan anak-anak prinsip-prinsip cara mengelola uang yang cerdas sejak dini.

"Mempelajari bahasa asing sejak usia 4 tahun lebih mudah dibanding mempelajari bahasa asing ketika usia 40 tahun. Hal yang sama berlaku dengan mengelola uang," katanya.

Jadi, aku pun merangkum beberapa prinsip yang bisa aku lakukan untuk anak agar bisa belajar lebih banyak soal keuangan!

1. Mengajar anak-anak untuk bekerja dulu baru bisa mendapatkan uang.

Menurut Cruze, sangat penting bagi anak untuk memahami bahwa untuk mendapatkan uang, maka kita harus bekerja. Uang bukan berasal dari dompet ayah atau ibu melainkan dari doa dan hasil kerja keras.

Nah, aku benar-benar menerapkan hal ini di rumah. Ada banyak hal kok yang bisa mereka lakukan. Misalnya, jika mereka ingin mendapatkan uang membeli es krim, maka aku bisa menyuruhnya untuk menaruh bajunya yang kotor ke tempatnya, atau mungkin tidy up alias membersihkan mainannya baru bisa dapat uang atau beli jajan es krim.


2. Nggak masalah kok ternyata, jika kita mengizinkan mereka membuat kesalahan soal uang mereka.

Ada banyak orangtua yang suka marah jika anaknya melakukan kesalahan mengenai pengelolaan uang mereka. Padahal itu hal yang kecil loh!

Pada akhirnya, setelah mereka besar, mereka pun melakukan kesalahan karena dari kecil mereka tidak diajar bagaimana rasanya salah dalam mengelola uang.

Terkadang, aku memberikan Shahia uang jajan mingguan. Dan selama seminggu, dia nggak aku perbolehkan untuk meminta uang jajan lagi, tetapi juga tetap ku pantau apa saja yang dia beli.

Nah, suatu ketika, Shahia salah mengatur keuangannya. Uangnya habis padahal belum seminggu, lalu dia merengek meminta kepadaku. Tapi aku tetap tegas, tidak memberikan uang tambahan, sehingga akhirnya Shahia tidak jajan untuk dua hari.

Karena kejadian tersebut, dia pun merasa belum mampu mengatur keuangannya sendiri. Dia memintaku untuk memberinya uang jajan, saat dia minta saja. Dan aku meng-iya-kan keinginannya dengan beberapa kesepakatan. Seperti misalnya, dalam seminggu jatah jajannya tetap di nominal yang sama, meski pun tidak diminta setiap hari. Dan jika ada sisa, ditabung di celengannya. 

Aku mendidik anak-anakku untuk mengatur keuangan dan bertanggung jawab terhadap uangnya sendiri.


3. Mengajari anak untuk terbiasa menabung sejak dini

Menyimpan uang adalah sikap yang disipilin, begitu kata Cruze. Jadi aku pun mengajari anak-anak untuk menabung uangnya, persis ketika aku memberinya uang untuk hasil kerja kerasnya.

Aku membelikan mereka celengan. Mereka menabung di celengan, setelah beberapa lama, sesuai keinginan mereka sendiri biasanya, celengan akan dibuka dan uang tabungan dialihkan ke rekening bank supaya lebih aman. 

Aku berharap, kebiasaan menabung itu bisa mereka rasakan manfaatnya kelak. Mereka akan tahu bagaimana menabung dan menyisihkan uang bahkan ketika merantau.

***

"Sudah selesai, Bunda!" Shahia dengan riang menghampiriku.

"Oke, cantik. Ini uangnya. Mau beli apa sih?" 

"Shahia cuma kepengen beli es krim kok, Bun. 3000 aja," katanya.

Aku berikan sejumlah nominal yang dia minta. "Nih, minggu ini jatahnya sisa 5.000 aja loh ya."

"Oke, Bun. Yang 5.000 ditabung aja. Shahia besok gak minta jajan lagi."

"Nak, meskipun gak setiap selesai mengerjakan sesuatu Bunda kasih uang jajan, Shahia harus tetap mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh ya. Masih inget kan obrolan kita kemarin? Barangsiapa Bersungguh-Sungguh, Dianggap Mengerjakan Amalan Secara Sempurna. Jadi kerjakan dengan sungguh-sungguh atau tidak sama sekali."

"Inget kok, Bun. "

"Alhamdulillah ... "

"Shahia kepengen jadi apa sih kalau sudah dewasa?"

"Hmmmm ... pengen jadi Guru yang juga jualan."

"Jualan apa?"

"Jualan keripik, jualan buku, jualan baju, kerudung, mukena, tas, pensil, pokoknya kaya toko gitu, Bun."

"Wah, masyaAllah ... semoga diijabah Allah ya, Nak. Berarti mulai dari sekarang, Shahia harus selalu bersungguh-sungguh dalam segala hal. Mengerjakan apa saja gak boleh asal-asalan. Seperti nasehat Rosullullah, Bersungguh-sungguhlah dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, juga janganlah pernah-kali-kau-izinkan lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu, maka janganlah kamu mengatakan, 'seandainya aku melakukannya, pastilah tidak akan begini atau begitu'. Namun katakanlah, 'ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah melakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki'. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan dibuka (pintu) bertindak setan. "

Obrolan kami beberapa menit membuat Shahia menunda keinginan untuk beranjak ke warung dekat rumah. Tapi, karena aku ingin memberinya apresiasi, maka kupersilakan dia bermain dan jajan es krim seperti keinginannya.

***

Aku berusaha untuk terus mengingatkan mereka bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, jadi haruslah mereka menghormati dan menghargai serta mengatur pemberian Allah dengan baik! Entah itu berupa rezeki yang sifatnya materiil (uang), maupun rezeki kesehatan, kesempatan sehingga mereka selalu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan kebaikan.

JUST DO THE BEST!

October 28, 2019 0 Comments




Pagi yang sama ...

Setelah membereskan tempat tidurnya, tanpa perintah, Shahia mengambil sapu.

Dia mulai menyapu sambil bersenandung, entah lagu apa.

Aku hanya sesekali memperhatikan, sambil menguntit untuk mengambil gambarnya, wkwkwkwkkw.

Tak lama, dia menyelesaikan pekerjaan menyapu lantai rumah, aku mendekati dan memeluknya.

"Anak Bunda hebat sekali. Calon orang sukses! Aaamiin. Nak, ingat ya, orang sukses itu bekerja dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Kita bisa mendapatkan hasil yang baik dengan usaha yang sedikit dan kita bisa mendapatkan hasil yang terbaik saat kita bekerja sungguh-sungguh dan ikhlas. Tapi, apapun yang kita lakukan tidak bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa, jika kita hanya melakukannya dengan asal-asalan. Tidak ada jalan pintas untuk kaya, tidak ada usaha yang berhasil dalam satu malam. Semua keberhasilan dirintis dari usaha dan kesabaran yang tidak sedikit. Jadi mulai sekarang, jangan lagi membuang waktu dengan menunda-nunda pekerjaan."

"Oke, Bun!" sahutnya cepat.

Aku memeluknya sekali lagi sambil mendaratkan kecupan di pipi kanan kirinya. Ah, nikmat manalagi yang bisa aku dustakan jika Allah luarbiasa dalam memahamkan anak-anakku?

Subhanallah wal hamdulillah ...

MENGAJARKAN ANAK TENTANG KEBIASAAN ORANG SUKSES

October 28, 2019 0 Comments





"Bun, Shahia kepengen jadi orang sukses!" celetuknya tiba-tiba.

Aku agak tersentak. Dia dapat kosakata "sukses" dari mana ya? batinku.

"Hmmm .... emang orang sukses itu apa sih?"

"Orang kaya itu lo, Bun"

"Terus kaya itu apa sih?"

"Banyak uangnya, rumahnya besar, bagus dan luas. Mainannya banyak dan bagus-bagus. Punya sepeda, punya mobil, punya buku banyak, punya Ipad, punya kasur tingkat dua, gamis dan kerudungnya bagus-bagus. Teruuuss orang kaya itu kalau sedekah banyak, Bun!"

Aku terkekeh pelan mendengar celotehannya. 

"Nak, mau gak Bunda ceritain kebiasaan orang sukses?"

"Mauuuu laaaah!" Dia pun beringsut mendekat padaku. Kakak dan adiknya ikut melirik dan tak lama ketiganya duduk mengelilingku.

"Nah, Bunda sekarang bacain tulisan tentang rahasia orang sukses ya ... Orang sukses itu punya kebiasaan. Aktivitas harian mereka itu berbeda dengan orang biasa. Orang sukses bukan hanya dinilai dari hartanya, Nak. Bukan berarti orang sukses itu kaya. Bukan berarti juga, orang-orang kaya itu adalah orang-orang yang sukses."

"Loh kok gitu, Bun?" Shahia mulai menyela.

"Dalam Islam, sukses juga memiliki arti khusus. Sukses dalam Islam bukan hanya terkait dengan hal duniawi saja, kekayaan harta misalnya, seperti yang sebagian besar orang pikirkan selama ini, termasuk Shahia tadi sebutkan.

Sukses dalam Islam berarti hal yang luas, mulai dari pekerjaan atau keuangan juga membantu orang lain, berhasil dalam hal mengendalikan hawa nafsu diri sendiri, misalnya mengendalikan marah. Dan yang paling penting adalah mampu menjalankan semua perintah Allah. Nah, sukses menurut Islam adalah kebahagiaan yang kekal atau abadi, yaitu kebahagiaan di dunia juga di akherat. Kita sebagai manusia tentu saja memiliki harapan untuk menjadi orang sukses, entah itu dalam urusan dunia atau akherat. Islam memiliki cara agar kita menjadi orang sukses. 

Kak Aksan, Shahia dan Lula sebenarnya bisa membangun kebiasaan sendiri yang akan menjadikan kalian orang sukses. Masa depan adalah kebiasaan-kebiasaan kita di masa lalu. Jadi, kalau mau sukses di masa depan, harus melakukan kebiasaan orang sukses di masa sekarang. Kuncinya mengikuti 4 hal. Mau tau gak nih?"

Kak Aksan dan Shahia menjawab nyaris serempak, "Maaauuuuu."

Sedangkan Lula hanya melongo, karena sudah pasti bocah 4 tahun itu belum paham apa yang aku sampaikan.

Aku pun melanjutkan, "Kebiasaan pertama orang sukses adalah membangun jiwa dengan rajin beribadah. Ibadah wajib dan juga ibadah sunnah. Ibadah wajib pasti sudah tau kan, sholat 5 waktu, puasa pada bulan Ramadhan. Nah, kalau ibadah sunnah apa aja hayo?"

"Sedekah Bun." Aksan menjawab dengan cepat.

"Sholat dhuha," Shahia ikut menjawab.

"Betul, sedekah, infaq, wakaf, sholat dhuha itu termasuk ibadah sunnah. Selain itu, adalagi, ibadah sunnah yang lain dan banyak sekali. Semua yang diajarkan Rosul adalah ibadah sunnah. Mencintai kebersihan dan kerapihan, makanya ada hadist tentang cinta kebersihan kan? Nah lalu yang kedua, kebiasaan orang sukses adalah mengatur pola makan dan olah raga. Makan tepat waktu, olahraga teratur, tidak harus lari pagi, tapi dengan melakukan aktivitas fisik di rumah pun juga sama halnya dengan berolah raga. Lalu yang ketiga, kebiasaan orang sukses adalah suka belajar dan membaca buku. Dan yang terakhir, kebiasaan orang sukses adalah selalu memikirkan mana yang dikerjakan dulu dan mana yang dikerjakan kemudian, ini yang sering Bunda sebut dengan skala prioritas."

"Wah, gitu ya Bu. Lalu kita mulai dari mana biar jadi orang sukses?" Shahia masih terus bertanya.

"Yuk, mulai dari membangun kebiasaan yang dilakukan orang sukses dulu, Nak. Karena kesuksesan itu terlahir dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan setiap hari. Belajar dan rajin membaca buku-buku yang bermanfaat sama halnya dengan berjalan menuju kesuksesan. Maka, mulai dari sekarang, harus lebih semangat saat melakukan ibadah, baik ibadah wajib maupun sunnah."

"Oke, Bun!" jawab Shahia. Kak Aksan hanya tersenyum lebar.

Keesokan harinya, tanpa dikomando, Shahia setelah bangun tidur, wudhu, sholat Subuh, lalu dia menuju ke kamar lagi, dan kuintip dia sedang membereskan tempat tidur.

Ah, senangnya ... kupetik satu hal dari pengamatanku terhadap Shahia, nampaknya dia sedang bersungguh-sungguh menjadi orang sukses. Dan aku kembali mengingatkan diriku sendiri, aku juga perlu membangun kebiasaan menuju kesuksesanku. Suksesku adalah saat kutemukan gunungmu, Nak!

CERITA TENTANG SHAHIA : MENUMBUHKAN ETOS KERJA PADA ANAK

October 28, 2019 0 Comments




Game level #7 ini sejujurnya membuatku mengerutkan dahi. Kenapa? 
Karena aku harus memilih untuk satu saja dari ketiga buah hatiku. Ya ... memilih satu dari mereka untuk dijadikan bahan tulisan T10. Observasiku tetap pada ketiganya, namun memang ada ketentuan untuk memilih pada anak yang mana untuk lebih difokuskan.


Pilihanku jatuh pada Shahia, 7 tahun. Kenapa? Itu pasti akan jadi pertanyaan berikutnya bukan?

Jawabannya, terkait dengan tema "Semua anak adalah bintang" dan di game level #7 ini, diriku harus menaklukkan tantangan untuk menemukan "gunung" pada ketiga anakku, yang kemudian fokus pada meninggikan gunung tersebut, bukan meratakan lembah.

InsyaAllah, gunung Kak Aksan, si sulung, sudah lebih mengerucut. Mulai meninggi? Belum juga sebenarnya, namun setidaknya diriku sudah mulai perlahan memahami di mana letak gunung sulungku itu.

Sedangkan Lula, si bungsu? Apakah juga sudah ketemu gunungnya sehingga memilih Shahia, si tengah, untuk game level ini? Enggak juga! Justru karena Lula masih berusia 4 tahun, dan menurutku, saat ini dia masih berada pada masa mengeksplor semua bidang, jadi belum nampak sepertinya gundukan gunung miliknya.

Yap! Akhirnya pilihan jatuh pada Shahia. Dengan segenap jiwa (eeaaa eeaaa) aku pun mulai lebih fokus mengamati setiap aktivitasnya. 

Ketiga anakku sudah memiliki kebiasaan yang kami sebut "aktivitas harian". Aktivitas harian itu berisikan beberapa pekerjaan rumahan yang memang sudah mereka petakan waktunya dan bagi sesuai porsi. 

Sesungguhnya apa yang aku terapkan adalah dalam rangka membangun etos kerja sejak usia dini. Mungkin akan timbul pertanyaan berikutnya, "Apa mungkin kita mengajarkan budaya kerja keras pada anak?" 

Jika yang kita pahami di situ adalah memberi kuliah, pengajaran atau bimbingan, maka jawaban yang relatif benar adalah tidak mungkin. Tetapi, jika yang dimaksud di sini adalah mendidik, merangsang perkembangan, mengarahkan, atau mewariskan nilai, dengan cara-cara yang pas buat mereka, tentu ini sangat mungkin. Bahkan inilah tugas kita yang sebenarnya. Tinggal kitanya, apakah kita mau atau tidak. Itulah kenapa seluruh teori pendidikan di dunia ini berkesimpulan bahwa rumah adalah lembaga pendidikan yang pertama kali dijumpai oleh anak-anak.

Para ahli dari Harvard University menyarankan (www.sahabatnestle.co.id) agar orangtua mampu memfasilitasi berbagai pengalaman belajar untuk anak-anaknya. Misalnya yang aku lakukan, memberi tanggung jawab kepada anak untuk merapikan sendiri tempat tidurnya, memilih warna sarung bantal-guling serta sprei pada saat jadwal mengganti sarung bantal dan sprei, atau sekadar menyodorkan buku bacaan bergambar yang warnanya kontras untuk melatih pandangannya. Penting juga menurut pendapatku, untuk memfasilitasi anak dengan berbagai macam pengalaman bermain (gerakan fisik), misalnya ke mall, ke tempat rekreasi, ke pekarangan, ke lapangan, dan lain-lain. 

Aku mengusahakan jangan sampai anak-anak bermain dengan yang itu-itu saja, karena setiap pengalaman bermain akan membentuk jalur baru dalam otaknya. Yang perlu dijaga dari orangtua adalah jangan sedikit-sedikit mengeluarkan kata ”jangan”. Kenapa? Setiap satu kali kata itu terlontarkan, ia akan membentuk pembatas (mental barrier) dalam otaknya. Anak merasa ada pembatas untuk bereksplorasi dan belajar. Justru yang dibutuhkan adalah komentar dan dorongan positif.

Kenapa rangsangan pada otak sangat terkait dengan budaya kerja mereka, nantinya? Penelitian membuktikan, semakin banyak dan semakin variatif rangsangan belajar yang diterima anak, maka semakin banyak koneksi dalam otak yang terbentuk. Ini akan membuat mereka lebih responsif, kreatif dan lebih bagus daya tangkapnya.

Selain perlu memfasilitasi pengalaman belajar sebanyak mungkin dan sevariatif mungkin, sesuai keadaan kita, yang perlu diperkenalkan juga adalah prinsip-prinsip management by performance (manajemen kinerja). 

Apa prinsipnya? Seperti kita tahu, prinsipnya adalah seseorang mendapatkan sesuatu karena melakukan sesuatu. Prinsipnya lagi, ada sebab pasti ada akibat. Tentu ini perlu kita sesuaikan dengan perkembangan dan daya tangkapnya. Yang perlu dicatat adalah, prinsip itu hendaknya kita terapkan dengan mengacu pada asas friendly dan fair. 

Saat Shahia melakukan semua aktivitas hariannya dengan ceria, aku merasa lega. Artinya dia sudah menikmati aktivitas itu, dan tidak menganggapnya sebagai beban. Dan tak lupa asas fair kemudian aku sajikan dalam bentuk gift khusus, dalam bentuk memenuhi apa yang ingin beli, misalnya bando, kerudung dan sebagainya. Atau hanya sekadar membawa anak-anak makan di luar, nonton bioskop atau pun bermain di area playground di kawasan mall.

Semoga bermanfaat.