Thursday, August 22, 2019

MENUMBUHKAN POHON LITERASI DALAM KELUARGA


Mnestimulasi minat baca pada anak memang bukan hal yang mudah. Namun, juga tidak seberat rindu-nya Dilan ... (eeeeh opo seeeh iki...)

Sebagai bagian dari Pejuang Literasi, tentunya, aku pun punya impian besar di dunia literasi, khususnya dalam lingkup paling kecil, yaitu keluarga. Mendekatkan anak-anakku dengan buku sejak usia kecil memang sudah menjadi kebiasaan. Sepekan atau dua pekan sekali, biasanya aku menggiring ketiganya untuk mengunjungi Perpustakaan Daerah.

Kak Aksan dan Kak Shahia sudah memiliki Kartu Anggota, sehingga saat pulang, mereka selalu membawa buku pilihan untuk dibaca masing-masing selama sepekan. Kadang, aku meminta keduanya bergantian mepresentasikan buku apa yang mereka baca, kenapa memilih buku itu, hingga apa saja isi buku itu.

Bukan saja melatih "public speaking" -nya sih, tapi juga aku ingin melatih, seberapa mereka "memahami" isi buku tersebut, dan yang paling utama adalah, aku pengen tahu, apa motivasi mereka memilih dan kemudian membaca buku tersebut.

Namun, karena kesibukan kegiatan offline-ku yang tetiba memadat akhir-akhir ini, jadwal kunjungan ke Perpusda beberapa pekan terlewat. Sedih sih awalnya, tapi bukan bunda kalau tidak punya ribuan trik untuk tetap menjaga semangat membaca anak-anaknya bukan?

Yap!! Aku pun tetap meminta anak-anakku memilih buku mereka, tidak di Perpusda, namun memanfaatkan buku-buku koleksi pribadi yang memang menumpuk di rak buku.

Kak Aksan merasa penasaran dengan hasil karyanya sendiri yang beberapa orang memberinya apresiasi, bahkan, editor buku tersebut menempatkan naskah Aksan paling depan, serta judul naskahnya diapresiasi menjadi judul naskah buku antologi anak tersebut.

Menurut editor, naskah Aksan dinilai paling oke, dibandingkan naskah anak lainnya yang tentu saja sebenarnya enggak kalah oke. 

Aksan bersemangat membaca ulang naskahnya sendiri, ditambah bumbu-bumbu naskah teman-temannya dalam buku antologi "Penjinak Naga dan Cerita Lainnya".

Nama Aksan Zulkarnain, termaktub dalam buku tersebut. Menorehkan rasa bangga pada diri Aksan. Apalagi ketika beberapa guru di sekolahnya ikut memberi apresiasi dengan membeli buku tersebut.

Buku kedua yang mencantumkan nama Aksan Zulkarnain telah merenggut perhatian beberapa orang, termasuk teman-temannya.

Bahagianya diriku sebagai bunda, bukan hanya bangga, tapi aku merasa lega. Bahwa nantinya, perjuanganku akan dilanjutkan oleh anak-anakku. Bukan hanya sebagai penulis, tapi sebagai Pejuang Literasi.

#salamLiterasi


No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.


Salam kenal,


Hessa Kartika