DARI TUGAS KELAS, HINGGA JADI AKTIVITAS
Hessa Kartika
August 25, 2019
0 Comments
Beberapa level enggak setor aliran rasa (jujur banget!!), bukan karena tidak merasakan apapun, tapi justru karena terlalu fantastis rasanya hingga tak mampu berkata-kata.
Di sela-sela aktivitas offline yang makin merajalela, dan secara otomatis mengurangi jam online, aku harus tetap berpaua berpacu dengan semua list agenda.
Sudah jadi prinsipku, saat menceburkan diri ke dalam kelas tertentu, maka aku enggak boleh setengah-setengah, kudu total! Meskipun aku menyadari bahwa upayaku tetap saja belum terlalu optimal. Sehingga tentu saja, hasilnya pun kurang maksimal.
Belum pernah menggondol badge "prestasti", namun aku tetap bangga pada diriku sendiri, setiap kali Allah mampukan menyelesaikan tantangan 10 hari! Aku menang! Aku menaklkukkan tantangan 10 hari kelas bunda sayang dengan perjuangan yang luarbiasa (menurutku siiih ...)
Masih harus ngajar kelas offline, tugas negara sebagai asesor ke beberapa kota, hingga pecutan tanggung jawab domestik yang masih banyak kukerjakan sendiri. Alhamdulillah delegasi tugas ke anak-anak sudah berjalan seperti sistem manajemen rumah tangga.
Aku sudah tidak pernah lagi pegang sapu, pel, merapikan tempat tidur, melipat baju-baju yang sudah aku cuci hingga memasukkannya ke dalam almari. Aksan dan Shahia sudah membagi tugas untuk mengambil alih beberapa pekerjaan domestik itu. MasyaAllah ....
Mulai dengan komunikasi produktif, melatih kemandirian anak, menstimlasi kecerdasan anak, mengobservasi gaya belajar anak hingga pada titik menstimulasi minat membaca anak, merupakan level tantangan yang menjadi bagian dari konsekuensi kelas, namun pada akhirnya menjadi aktivitas harian. MasyaAllah ...
Di level #5 ini, diriku pun berpacu dengan segala aktivitas yang mulai memadat. Semua Allah gariskan dan telah DIA izinkan aku masuk kelas bunda sayang batch ini, tepat pada saat kegiatan offline dan online saling sikut-sikutan!
Rencana Allah memang luarbiasa hebat. Di level #5 ini pula diriku menjadi bagian dari KIP 2019 (Konferensi Ibu Profesional), menjadi LO salah satu nara sumber pula di event bergengsi tersebut. Sebut saja Mata Aksara, pelopor inisiator literasi di kawasan jalan Kaliurang Jogjakarta ini mampu membuatku berkali-kali makin jatuh hati dengan dunia literasi.
Sungguh, nikmat mana lagi yang bisa aku dustakan, jika Allah begitu banyak memberikan kemudahan berupa rezeki silaturahmi dengan orang-orang yang DIA hebatkan!
Mendapatkan oleh-oleh satu paket buku dari Pak Adi dan Bu Heni, founder Mata Aksara, makin membuatku menggebu untuk menggeliatkan literasi di Semarang khususnya, dan semakin menebarkan manfaat lebih meluas lagi. Semoga Allah ijabah. Aamiin ...
Menstimulasi anak untuk membaca, meskipun dalam keseharian mereka sudah nampak akrab dengan buku, tetap saja membutuhkan kegigihan extra. Akan tetapi, aku yakin, anak-anakku menjadi lebih terpacu kini untuk berkreasi lebih banyak dalam literasi.
Membaca lebih banyak buku akan semakin meluaskan dunia mereka, mempertajam pola pikirnya, memperkuat mental dan memperkokoh karakternya. Semoga Allah selalu istiqomahkan ketiga buah hatiku untuk terus membaca, membaca ayat-ayat-Nya yang tersurat maupun tersirat.