Monday, July 22, 2019

KINESTETIK DAN FOKUS



Aku selalu menduga kalau gaya belajar Shahia adalah tipe kinestetik. Melihatnya yang tidak bisa diam, jelas menunjukkan bahwa Shahia kinestetik. Shahia lebih mudah belajar, lebih mudah menerima informasi melalui serangkaian aktivitas yang melibatkan organ geraknya dan selalu ingin mempraktekkan hal yang dipelajari secara langsung.

Karena anak dengan gaya belajar kinestetik ini selalu melibatkan penggunaan jari, perabaan dan sentuhan, biasanya mereka lebih terampil dan jari-jemarinya lebih cekatan sertamampu membuat berbagai macam kerajinan tangan. Selain itu, anak dengan tipe belajar kinestetik selain cakap dalam berolahraga, mereka juga dapat menari dengan gemulai serta hasil gambarannya cukup teliti dan detil.

Namun, karena anak dengan tipe gaya belajar seperti Shahia yang kerap tidak bisa diam, biasanya muncul berbagai macam kendala yang sebaiknya perlu dipahami oleh orang tua. Berdasarkan observasiku, anak dengan gaya belajar kinestetik memiliki kendala antara lain:

  1. Anak kinestetik cenderung tidak bisa diam dan dianggap mengganggu, usil bahkan kerap dianggap nakal. Seringkali, mereka dapat dianggap mengggangu jika berada dalam lingkungan yang mayoritas anaknya lebih senang diam dan memiliki tipe belajar auditori atau visual.
  2. Bila berada di sekolah dengan gaya belajar konvensional, yang menerapkan gaya belajar mengharuskan murid duduk tenang, diam tidak boleh banyak bergerak ketika gurunya menjelaskan, biasanya mereka akan merasa kesulitan belajar atau sulit menangkap informasi yang disampaikan. Hal ini juga terjadi pada anak saya. Ketika saya mendampingi dia belajar dan menyuruh lelaki kecil itu duduk diam, kenyataannya dia cenderung tidak memperhatikan apa yang kita katakan atau kita informasikan, bahkan terlihat seperti orang yang melamun.
  3. Ketika menghadapi mata pelajaran yang mencakup rumus-rumus atau hal yang abstrak seperti simbol matematika, peta dan sejenisnya, anak kinestetik cenderung sulit mempelajarinya.
  4. Kemampuan dalam pergerakannya atau kapasitas energinya cukup tinggi sehingga cenderung merasa kesulitan jika harus berkonsentrasi penuh. Oleh karena itu, perlu disalurkan dengan berbagai kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau aktivitas yang menggunakan jari-jarinya.

Setelah mengetahui kendala yang dihadapi anak dengan gaya belajar kinestetik, aku berusaha mencari solusi. Dari sumber www.pembelajar-kinestetik.blogspot.com, ada 4 cara menyikapi anak dengan tipe gaya belajar kinestetik yang perlu diketahui oleh orang tua, yaitu :

1. Untuk mendukung gaya belajar yang dimiliki anak, sebaiknya orang tua mempercayakan pendidikan anak mereka di sekolah yang menganut sistem active learning, yaitu menerapkan cara belajar yang melibatkan siswanya. Jadi pembelajaran bersifat dua arah. Anak diarahkan untuk tetap aktif sehingga kemampuannya berkembang secara optimal. 

Di sekolah tempat Shahia belajar, alhamdulillah sudah mengerti bahwa setiap anak istimewa, termasuk kaitannya dengan gaya belajar. Sehingga, meskipun Shahia cenderung tidak bisa diam, gurunya akan melibatkan dia dalam hal-hal teknis yang membuatnya selalu banyak bergerak. 
Aku salut juga dengan guru kelas Shahia, dengan sabar dan tenang, bu guru mengajar, sedangkan tak jarang, Shahia sibuk sendiri berjalan ke sana kemari, berdiri di samping mejanya. Tapi, siapa sangka, di akhir semester, nilai Shahia bagus-bagus, loh! 


2. Sebelum pergi berangkat ke sekolah, sebaiknya anak-anak diberikan aktivitas fisik untuk mengalihkan kapasitas energinya yang berlebih. Dengan energi yang sudah digunakan di pagi hari, diharapkan sisa energi yang tersimpan untuk kegiatan belajar di sekolah, tidak terlalu besar. Sehingga mereka bisa belajar dengan tenang.

Aktivitas yang dapat membuat anak tersalurkan energinya antara lain yaitu, dilibatkan dalam kegiatan untuk membantu pekerjaan rumah tangga seperti mencuci kendaraan, mencuci piring, membersihkan rumah, mengerjakan kegiatan dengan jari-jarinya atau melakukan olah raga ringan.

Karena kami di rumah sudah membuat jadwal harian, maka setiap seusai solat Subuh, Shahia sudah melakukan beberapa kegiatan sebelum berangkat ke sekolah. Shahia membantu membuang sampah, mengisi botol untuk dimasukkan dalam kulkas, serta membereskan piring, gelas dan sebagainya yang sudah aku cuci ke rak piring. 


3. Anak dengan tipe belajar kinestetik lebih mudah menyerap informasi melalui pengalaman. Bereksperimen di laboratorium merupakan salah satu cara belajar, bagi mereka agar lebih efektif. Sekolah yang sering menggunakan laboratorium untuk praktek, merupakan media pendukung bagi anak kinestetik.

Sedangkan untuk belajar di rumah, orang tua dapat membantu anak mempergunakan alat peraga. Misalnya, untuk mengenalkan planet-planet yang berada dalam orbitnya, orang tua dapat menggunakan bola-bola untuk memperjelas. Dan biarkan anak untuk menyentuh bola tersebut dan menggerakkannya dalam orbit. 

Aku selalu mengingat, anak kinestetik senang sekali belajar dengan menyentuh. Maka, saat sedang belajar, Shahia pun sambil menggerakkan pensil, atau terkadang dari posisi duduk, dia ganti ke telungkup, atau lompat-lompat. Aku biarkan saja dia bergerak sesuai keinginannya.


4. Untuk mendukung proses belajar di sekolah, sebaiknya orang tua memberi saran kepada guru dan pihak sekolah, agar anak bisa diikutsertakan dalam berbagai aktivitas untuk mengalihkan kelebihan energi anak. Guru bisa mengajak anak untuk membantu membersihkan papan tulis, atau membantu membagikan buku pelajaran untuk teman-temannya.

Di sekolah Shahia, sejak awal aku sudah menyampaikan bahwa Shahia seperti over energi, sehingga harus diberi kegiatan fisik. Gurunya pun selalu berupaya memberikan peran yang membutuhkan banyak gerakan untuk Shahia. 



Dengan mengetahui cara menghadapi anak dengan tipe gaya belajar kinestetik, aku berharap Shahia dapat belajar dengan lebih maksimal dan mendapatkan hasil sesuai dengan harapanku sebagai bundanya.

Teman-teman, sebagai orang tua, kita memang harus terus belajar. Berusaha belajar untuk mengetahui gaya belajar yang tepat bagi anak-anak kita. Dengan mengetahuinya, maka kita pun dapat mengatasi segala kendala yang muncul dan dapat dengan mudah menstimulasi anak-anak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.


Salam kenal,


Hessa Kartika