Enggak terasa, udah masuk ke Game Level #4. Level ini, tantangannya adalah melakukan observasi "Gaya Belajar Anak". Setiap anak itu istimewa, dan memang sebagai orang tua, tentunya mengetahui gaya belajar masing-masing anak akan membuat si anak efektif dalam menyerap ilmu.
Cekidot dulu yuk tentang macam-macam gaya belajar anak...
Proses ini berjalan berbeda-beda dan menjadi dominan pada suatu gaya belajar tertentu. Misalnya anak A memiliki kemampuan belajar atau penyerapan pengetahuan yang bagus apabila melihat objek secara langsung, sedangkan anak B harus mendengar suara dari objek tersebut. Pengarahan gaya belajar yang sesuai dengan kemampuan dominan, dapat membawa manfaat agar penyerapan pengetahuan menjadi lebih cepat dan efektif. Berikut ini adalah macam macam gaya belajar :
1. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar secara visual ini yaitu kemampuan belajar dengan melihat. Gaya belajar ini digunakan pada orang dengan indera pengelihatan yang tajam dan teliti. Kemampuan belajar yang berhubungan dengan ini yaitu seperti matematika, bahasa arab, bahasa jepang, simbol- simbol, dan lainnya yang berkaitan dengan bentuk.
Ciri ciri gaya belajar visual yaitu:
- Bisa mengingat dengan lebih cepat dan kuat dengan melihat.
- Tidak terganggu dengan suara- suara yang berisik.
- Memiliki hobi membaca.
- Suka melihat dan mendemonstrasikan sesuatu.
- Memiliki ingatan yang kuat tentang bentuk, warna, dan pemahaman artistik.
- Belajar dengan melihat dan mengamati pengajar.
- Memiliki kemampuan menggambar dan mencatat sesuatu dengan detail.
Ciri lain secara penampilan pada orang dengan gaya belajar visual pada umumnya orangnya cenderung rapi, tidak suka mendengarkan namun lebih suka melihat, orangnya teratur, berpakaian indah. Orang dengan gaya belajar visual memiliki kesulitan dalam menyalin tulisan dari papan tulis, tulisannya tampak berantakan dan tidak mudah dibaca. Anak dengan gaya belajar visual menyukai percobaan atau peragaan. Metode pembelajaran yang tepat yaitu dengan metode mindmap, video ilustrasi, alat tulis berwarna, pembelajaran menggunakan bentuk.
2. Gaya Belajar Auditori
Orang dengan gaya belajar auditori memiliki indera pendengaran yang lebih baik dan lebih terfokus. Orang dengan gaya belajar ini mampu memahami sesuatu lebih baik dengan cara mendengarkan. Hal ini berkaitan dengan proses menghafal, membaca, atau soal cerita.
Ciri- ciri gaya belajar auditori yaitu:
Orang dengan gaya belajar auditori memiliki indera pendengaran yang lebih baik dan lebih terfokus. Orang dengan gaya belajar ini mampu memahami sesuatu lebih baik dengan cara mendengarkan. Hal ini berkaitan dengan proses menghafal, membaca, atau soal cerita.
Ciri- ciri gaya belajar auditori yaitu:
- Memiliki kemampuan mengingat yang baik dari mendengarkan.
- Tidak mampu berkonsentrasi untuk belajar jika suasananya berisik.
- Senang mendengarkan cerita atau dibacakan cerita.
- Suka bercerita dan berdiskusi.
- Bisa mengulangi informasi yang di dengarnya.
Gaya belajar auditori ini memiliki kendala yaitu anak sering lupa apa yang dijelaskan guru. Orang dengan gaya belajar ini cenderung tidak suka membaca petunjuk dan lebih suka langsung bertanya untuk mendapatkan informasi. Kendala gaya belajar ini adalah anak tidak tertarik untuk memperhatikan sekitarnya. Kurang cakap dalam mengarang atau menulis. Cenderung suka berbicara.
Oleh karena itu, metode belajar yang tepat yaitu dengan musik, menggunakan media auditori, berdiskusi, bercerita di depan kelas, dan lainnya. Anak dengan gaya belajar ini biasanya saat menghafal akan membaca keras keras kata- kata yang dihafalnya dan menjadi lebih efektif baginya ketika dicapkan dan dia dengar kembali.
3. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik yaitu gaya belajar dengan melibatkan gaya gerak. Hal yang berkaitan yaitu seperti olahraga, menari, memainkan musik, percobaan laboratorium, dan lainnya. Gaya belajar ini efektif untuk anak yang menyukai gerak dan gambaran imajinasi berdasarkan gerakan.
Ciri ciri gaya belajar kinestetik:
Gaya belajar kinestetik yaitu gaya belajar dengan melibatkan gaya gerak. Hal yang berkaitan yaitu seperti olahraga, menari, memainkan musik, percobaan laboratorium, dan lainnya. Gaya belajar ini efektif untuk anak yang menyukai gerak dan gambaran imajinasi berdasarkan gerakan.
Ciri ciri gaya belajar kinestetik:
- Ketika menghafal yaitu dengan cara berjalan atau membuat gerakan-gerakan.
- Menyukai belajar dengan praktik langsung atau menyentuh secara langsung.
- Anak yang aktif dan banyak bergerak, memiliki perkembangan otak yang baik.
- Menggunakan objek nyata sebagai alat bantu.
- Menyukai aktivitas pembelajaran yang aktif atau permainan.
Orang atau anak dengan gaya belajar kinestetik ini cenderung tidak bisa diam. Cenderung bosan dengan gaya pembelajaran konvensional yang hanya duduk diam mendengar. Lebih cocok dengan pembelajaran yang melibatkan kerjasama tim, partisipasi aktif siswa, dan kegiatan aktif lainnya. Metode belajar yang bisa diterapkan yaitu dengan menggerakkan jari, mengunyah permen karet, mengeksplorasi lingkungan dengan berjalan jalan, dan lainnya. Pada anak, metode pembelajaran untuk anak dengan gaya belajar kinestetik ini bisa dengan membuat permainan peran, drama, praktik skill, menari, memainkan alat musik, dan lainnya.
4. Gaya Belajar Global
Anak dengan gaya belajar global memiliki kemampuan memahami sesuatu secara menyeluruh. Pemahaman yang dimiliki berisi gambaran yang besar dan juga hubungan antara satu objek dengan yang lainnya. Anak dengan gaya belajar global juga mampu mengartikan hal hal yang tersirat dengan bahasanya sendiri secara jelas.
Ciri ciri gaya belajar global:
Anak dengan gaya belajar global memiliki kemampuan memahami sesuatu secara menyeluruh. Pemahaman yang dimiliki berisi gambaran yang besar dan juga hubungan antara satu objek dengan yang lainnya. Anak dengan gaya belajar global juga mampu mengartikan hal hal yang tersirat dengan bahasanya sendiri secara jelas.
Ciri ciri gaya belajar global:
- Bisa melakukan banyak tugas sekaligus.
- Mampu bekerjasama dengan orang lain dengan baik.
- Sensitif dan mampu melihat permasalahan dengan baik.
- Mampu mengutarakan dengan kata- kata tentang apa yang dilihatnya.
Anak dengan gaya belajar global biasanya kurang rapi, meskipun sebenarnya menyukai kerapian. Dalam melakukan suatu hal, seringkali berserakan dan barang-barangnya tidak rapi. Untung mengatasi hal ini maka akan membuat suatu sistem penataan dengan mengkategorikan barang- barang sesuai tipenya.
Anak dengan tipe global ini tidak bisa hanya memikirkan satu hal namun memikirkan bnayak hal sekaligus. Meskipun satu tugas belum selesai, dia juga akan mengerjakan tugas berikutnya. Anak dengan gaya belajar global peka terhadap sekitarnya termasuk perasaan orang lain dan merasa senang untuk bekerja keras membuat orang lain senang. Cenderung memerlukan banyak dorongan semangat pada saat akan memulai melakukan sesuatu.
Anak dengan tipe global ini tidak bisa hanya memikirkan satu hal namun memikirkan bnayak hal sekaligus. Meskipun satu tugas belum selesai, dia juga akan mengerjakan tugas berikutnya. Anak dengan gaya belajar global peka terhadap sekitarnya termasuk perasaan orang lain dan merasa senang untuk bekerja keras membuat orang lain senang. Cenderung memerlukan banyak dorongan semangat pada saat akan memulai melakukan sesuatu.
5. Gaya Belajar Analitik
Anak dengan gaya belajar analitik memikili kemampuan dalam memandang sesuatu cenderung ditelaah terlebih dahulu secara terperinci, spesifik, dan teratur. Mengerjakan suatu hal secara bertahap dan urut.
Ciri ciri gaya belajar analitik:
Anak dengan gaya belajar analitik memikili kemampuan dalam memandang sesuatu cenderung ditelaah terlebih dahulu secara terperinci, spesifik, dan teratur. Mengerjakan suatu hal secara bertahap dan urut.
Ciri ciri gaya belajar analitik:
- Berfokus mengerjakan satu tugas, tidak akan ke tugas berikutnya jika tugasnya belum selesai.
- Berfikir secara logika.
- Tidak menyukai jika ada bagian yang terlewatkan dalam suatu tugas.
- Cara belajar konsisten dan menetap.
Anak dengan gaya belajar analitik menilai sesuatu berdasarkan fakta-fakta. Namun seringkali mereka tidak mampu menemukan titik gagasan utamanya tentang tujuan tugas yang sedang dia lakukan. Berfokus pada satu masalah atau tugas sampai selesai.
Anak dengan gaya belajar analitik lebih cocok belajar sendiri baru kemudian bergabung dengan kelompok belajar. Mereka juga mengalami kesulitan dalam belajar dikarenakan hanya berfokus pada satu hal. Cara terbaik untuk mengatasinya yaitu membuat jadwal belajar yang terstruktur sehingga sasaran belajar yang ingin dicapai jelas. Metode belajar yang tepat yaitu dengan konsisten melakukan atau mengerjakan tugas sesuai dengan jadwal harian yang dibuatnya.
Macam macam gaya belajar berbeda setiap orang. Gaya belajar tertentu dinilai lebih dominan dan efektif dalam memahami materi atau pengetahuan. Beberapa orang yang memiliki kemampuan lebih juga mampu menyerap informasi dari lebih dari satu gaya belajar, namun sangat jarang.
Gaya belajar tertentu juga mempengaruhi prestasi dan kemampuan anak pada bidang tertentu. Misalnya anak dengan gaya belajar visual senang dan pandai dalam matematika, anak dengan gaya belajar auditori pandai dalam bercerita, anak dengan gaya belajar kinestetik pandai dalam olahraga, dan sebagainya. Mengetahui gaya belajar Anda yang efektif sangatlah penting untuk dapat menyelesaikan atau memanage atau mengatur tugas dengan baik.
Gaya belajar yang baik bagi seseorang tidak dapat ditentukan oleh orang lain, namun berasal dari pemahaman terhdap diri sendiri. Apabila seseorang memiliki indera pengelihatan yang tajam dan minat terhadap warna, bentuk, model, lebih baik maka gaya belajar yang cocok adalah gaya belajar visual.
Apabila seseorang memiliki kepekaan mendengarkan suara dan minat terhadap musik, maka gaya belajar yang efektif adalah gaya belajar auditori. Apabila seseorang memiliki tingkat aktif yang tingi, suka bergerah dan memiliki daya imajinasi tinggi dengan gerakan gerakan maka gaya belajar yang cocok adalah kinestetik. Selebihnya merupakan kemampuan seseorang dalam gaya belajar global dan analitik yang merupakan kemampuan secara keseluruhan.
Aksan dan Shahia memang dua tipe yang berbeda, berdasarkan pengamatanku, Shahia lebih ke arah gaya belajar kinestetik alias enggak bisa diam, Shahia juga tipe yang mudah bergaul. Aksan, memang cenderung lebih pendiam, dan berkomunitas adalah sebuah solusi untuk lebih mengekplorasi potensi serta mengobservasi lebih detail gaya belajar masing-masing.
Aku memang tipe yang hobi banget berkomunitas. Berkumpul dengan banyak orang dan berbagi pengalaman itu sangat menyenangkan. Aku berharap, bukan hanya aku yang merasakan manfaatnya, tetapi anak-anak juga.
Ada sebuah pepatah “It needs a village to raise a child”. Aku kira awalnya hanya sebuah pepatah, tapi ternyata ini benar-benar nyata. Dibutuhkan sebuah komunitas untuk membantu membesarkan anak-anak kita. Karena dalam sebuah komunitas terdapat banyak sekali karakter, latar belakang pendidikan, sosial dan budaya yang berbeda. Keberagaman ini yang menjadi nilai positif dalam pendidikan anak.
Ketika anak terbiasa menemui dan menghadapi keberagaman, maka daya toleransinya akan meningkat. Menghargai dan menerima perbedaan namun tetap menjaga prinsip dan nilai-nilai kehidupannya. Seorang anak yang besar di lingkungan yang beragam mempunyai cara pandang yang lebih luas. Selain itu, mereka juga dapat menghemat waktu belajar karena mereka dapat belajar dari pengalaman-pengalaman orang lain.
Aksan dan Shahia yang aku libatkan dalam event komunitas anak, mulai terlihat menikmati. Aksan yang visual, terlihat lebih antusias saat sesi mengkreasi scrapbook. Bermain dengan warna dan gambar adalah hobi Aksan. Sedangkan Shahia, dia nampak asik saat beraktivitas di luar ruangan. Melompat, berlari, intinya dia terlihat lebih nyaman jika aktivitas yang dia lakukan lebih banyak "bergerak".
Alhamdulillah ... mereka berdua belajar banyak hari ini. Belajar berkomunitas, belajar bergaul dan beradaptasi dengan teman-teman baru dan lintas usia.
x
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.
Salam kenal,
Hessa Kartika