Galau, bahasa kekinian untuk menyatakan "keragu-raguan", atau "kegundahan hati", dan bahkan ketika suasana kalbu mendung karena sedih, kecewa atau sedang merasa terluka.
Galau mengisyaratkan kekawatiran. Dan galau juga tak jarang menggiring kita berprasangka buruk kepada Allah.
Astaghfirullah..
Astaghfirullah..
Galau, siapa pun pasti pernah merasakannya. Itu manusiawi.
Galau juga sebagai bukti, bahwa kita masih punya hati nurani.
Galau juga sebagai bukti, bahwa kita masih punya hati nurani.
Tapi coba bersama kita tilik kembali ayat ini (Al-Baqarah: 186) :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ
“….Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat.”
dan di ayat lain (QS. Yunus [10] : 44) :
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَظْلِمُ ٱلنَّاسَ شَيْـًٔا وَلَٰكِنَّ ٱلنَّاسَ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.
Sahabat, jika yakin bahwa ALLAH SWT itu dekat, nampaknya GALAU harus kita coret dari daftar aktivitas hati.
Jika yakin bahwa semua berjalan sesuai dengan ketentuanNYA, bahkan ketika diri kita berada dalam kenestapaan sekali pun, itu bukan karena Allah mendzolimi kita.
Tetapi semua musibah/masalah yang membuat kita terkadang galau dan gundah gulana sejatinya berasal dari perbuatan kita sendiri, ya.. dari dosa, khilaf dan kesalahan di masa lalu kita.
Jika yakin bahwa semua berjalan sesuai dengan ketentuanNYA, bahkan ketika diri kita berada dalam kenestapaan sekali pun, itu bukan karena Allah mendzolimi kita.
Tetapi semua musibah/masalah yang membuat kita terkadang galau dan gundah gulana sejatinya berasal dari perbuatan kita sendiri, ya.. dari dosa, khilaf dan kesalahan di masa lalu kita.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”
(QS. Asy Syura: 30).
(QS. Asy Syura: 30).
Sejalan dengan itu, kekasih kita, Nabi Muhammad saw pun bersadba (dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah) :
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلاَ نَصَبٍ وَلاَ سَقَمٍ وَلاَ حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ إِلاَّ كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ
“Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan dosa-dosanya akan diampuni” (HR. Muslim no. 2573).
Jadi sahabatku, jika galau menerpa, sesungguhnya itu pertanda, bahwa Allah sedang memberikan kita kesempatan untuk mengoreksi diri serta bermanja padaNYA.
So, sepakat dengan saya?
Galau... NO WAY!!
Galau... NO WAY!!
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat dan mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar.
Salam kenal,
Hessa Kartika